Oleh: Jumiarti Agus
(President Internasional ACIKITA)
UMUMNYA semua mahasiswa yang belajar di Jepang merasakan bahwa uang beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Jepang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup di Jepang.
Uang yang diperoleh sangat memungkinkan untuk ditabung, apalagi dengan gaya hidup sederhana dan dorongan karena faktor agama. Misalnya kita kaum muslim harus memasak sendiri. Lumayan, selain terjaga kehalalannya, membuat masakan sendiri juga bisa menekan pengeluaran setiap bulannya.
Bagi mahasiswa yang membawa keluarganya tinggal di daerah yang mahal, seperti Tokyo, mungkin harus kreatif dalam mengatur biaya hidup dibandingkan dengan mahasiswa yang hidup di daerah lainnya.
Tokyo terkenal dengan julukan sebagai kota dengan biaya hidup termahal di dunia. Akan tetapi bila bisa mengatur keuangan, insyaAllah tetap bisa menabung. Bahkan banyak juga yang saat ini bisa berangkat haji sebelum mereka pulang ke Indonesia, setelah masa belajarnya usai.
Adanya kebijakan pemerintah Jepang, yang menyatakan, “Seluruh mahasiswa tidak dikenakan pajak penghasilan atas beasiswa yang diterimanya.” Maka hal ini cukup membantu para pelajar asing.
Golongan yang tidak membayar pajak, bisa mendapatkan fasilitas dari negara. Misalnya, mereka bisa tinggal di danchi (rumah sewa milik pemerintah), yang harga sewanya sangat murah bila dibandingkan dengan apartemen (dalam bahasa Jepang apato). Untuk mendapatkannya, yang bersangkutan harus mendaftar.
Untuk pelajar asing yang mempunyai anak, maka uang sekolah anak yang harus dibayarkan juga sangat murah. Misalkan setingkat hoikuen/daycare (penitipan anak), ada yang hanya perlu membayar 100 yen saja perbulannya. Bahkan ada juga yang gratis, tergantung wilayah tempat tinggal atau hoikuen-nya.
Sedangkan bila anak bersekolah di SD Jepang, maka uang sekolah anak gratis, karena program wajib sekolah di Jepang adalah sejak SD-SMP. Bahkan sekarang sekolah gratis mau diperpanjang hingga SMA.
Selain itu, para pelajar yang istrinya melahirkan, juga bisa mendapatkan fasilitas gratis melahirkan hingga anak ke berapa pun. Namun, di beberapa tempat di Tokyo, misalnya Machida city, uang gratis melahirkan sudah tidak diberikan lagi, sebagai gantinya biaya berobat dan cek kehamilan menjadi sangat murah, karena ada kupon yang bisa digunakan sebanyak 14 kali pemeriksaan kehamilan.
Semua perempuan yang melahirkan mendapatkan hadiah dari asuransi yang dimasuki diikutinya. Satu kali melahirkan akan mendapatkan uang sekitar 400 ribu yen, tergantung dari asuransi yang dimasuki.
Uang sebesar di atas bisa dibayarkan untuk biaya melahirkan. Jadi tetap saja setiap yang melahirkan di Jepang, tidak perlu risau memikirkan biaya melahirkan dan tidak perlu harus menguras uang tabungan.
Anak yang baru lahir, juga langsung mendapatkan uang tunjangan dari pemerintah Jepang. Dengan mendaftarkan kelahiran anggota keluarga baru ke city office, uang “jido teate” begitu namanya dalam Bahasa Jepang, akan bisa diterima setiap bulannya. Pembayarannya dilakukan oleh pegawai di kantor pemerintahan kota melalui bank ke rekening orangtua si anak.
Uang tunjangan tersebut tidak pernah macet dan telat pemberiannya, kalau ikut mendaftarkan anak. Dan biasanya, walaupun kita tidak tahu tentang fasilitas ini, pihak dari rumah sakit dan juga di city office di bagian registrasi orang asing, tetap selalu memberitahukan. Hal ini disebabkan mereka sangat memahami bahwa hal itu adalah hak warga, yang memang harus dibayarkan.
Saat ini besarnya uang jido teate yang kami terima untuk Aqeela (11 bulan) dan Rais (4,5 tahun) adalah 15.000 yen (setara dengan 1,7 jt), sedangkan untuk Najmi (10 th) adalah 10.000 yen (1.3 jt).
Dengan arti kata, orangtua tidak perlu memikirkan biaya untuk anaknya. Jadi, pepatah yang mengatakan banyak anak banyak rezeki, ternyata kami temui kenyataannya di negeri Sakura ini. Subhanallah.
“Padahal mereka tidak punya sumber bahan baku, dan kekayaan alam yang berlimpah.”
“Padahal kami ini adalah pendatang dan bukan warga asli Jepang, tapi ikut mereka sejahterakan masa depan anak-anak kami.”
“Subhanallah, subhanallah dan sumbhanallah. Hanya Allah yang Maha tahu!”
Dan bila para isteri/suami juga ikut bersekolah, mereka bisa mengajukan keringanan uang sekolah setiap semester. Bahkan, mereka bisa mendapatkan keringanan hingga 100% atau tidak membayar uang sekolah sama sekali. Malah banyak juga dari mereka yang bisa mendapatkan beasiswa, setelah masuk universitas.
“Hal yang saya sebutkan di atas, semuanya berlaku di seluruh Jepang.”
Jadi banyak fasilitas dan kemudahan yang diberikan oleh negara dan universitas untuk mereka yang masih bersekolah, atau bagi mereka yang mempunyai penghasilan di bawah rata-rata atau tidak membayar pajak.
“Oleh karena itu sangat banyak orang asing yang datang untuk belajar ke Jepang.”
Lain halnya bagi mereka yang bekerja dan mempunyai penghasilan sehat di atas rata-rata. Semua fasilitas yang diberikan kepada mahasiswa atau orang yang kurang mampu, tidak mereka dapatkan. Semuanya harus membayar mahal. Bila anak bersekolah, membayar bayarannya sangat mahal, sesuai dengan besarnya penghasilan orangtua. Mereka harus membayar pajak sesuai penghasilan. Selain itu, juga tidak ada biaya gratis melahirkan.
Dan masih banyak fasilitas dan kenyamanan lainnya, yang mendukung untuk bisa hidup nyaman, sukses dan survive hidup di Jepang.
“Jadi datang ke Jepang untuk tujuan menuntut ilmu, jauh lebih menguntungkan dari pada datang ke Jepang untuk jadi kuli atau buruh kasar. Info selanjutnya bisa dieksplorasi di website ACIKITA Foundation (www.acikita.org)” *)
Catatan:
ACIKITA adalah organisasi yang didirikan oleh anak bangsa yang berkarya (akademisi) di Tokyo Institute of Technology pada tahun 2006 dengan tujuan untuk memajukan Indonesia melalui perjuangan pada bidang pendidikan, karena pendidikan adalah akar kemajuan bangsa.
Visi ACIKITA itu; “Berjuang bersama membangun bangsa melalui bidang pendidikan untuk memutus rantai masalah bangsa.”
Salah satu fokus perjuangan di ACIKITA adalah mencetak generasi Habibie, maknanya generasi masa depan bangsa yang mempunyai keahlian spesifik, cinta tanah air, dan punya moral yang baik.
Dan untuk mencapai tujuan ini maka sejak 2018, ACIKITA membuka Sekolah Persiapan Lanjut Studi ke Jepang (PTU-ACIKITA/ School of Preparation to Enter University in Japan).
Program ini dibuat karena terdapatnya perbedaan sistem pendidikan di Indonesia dengan di Jepang, sehingga para pelaku pendidikan/orangtua siswa tidak memahami bagaimana seluk-beluk untuk bisa diterima seleksi beasiswa Jepang dan masuk universitas di Jepang.
ACIKITA telah mendesign kurikulum khusus untuk siswa dan mahasiswa Indonesia yang ingin lanjut studi S1/S2/S3 ke universitas di Jepang. Dimana, generasi muda Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri, dapat bergabung menjadi murid PTU ACIKITA.