PADANG, forumsumbar —Kalau tidak ada aral melintang, rencananya Hamas (Himpunan Media Sumbar) akan kembali menggelar acara berkesenian dan berkebudayaan dengan mengangkatkan acara “75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”, Sabtu 4 Januari 2025, di Auditorium Istana Gubernuran Jl Sudirman Padang.
Sebagaimana diketahui Prof Harris Effendi Thahar merupakan seorang Sastrawan, Wartawan dan Akademisi asal Ranah Minang, yang karya-karya sastranya fenomenal dan banyak terbit di media nasional.
Menurut Isa Kurniawan dari Hamas, selaku pelaksana acara, kegiatan ini akan berisikan; Orasi Budaya oleh Prof Harris Effendi Thahar, kemudian akan ada Testimony Speech, dari orang-orang yang mengenal dekat Prof Harris selama ini, baik sesama sastrawan/wartawan maupun di kalangan kampus.
Sebagai penghargaan atas dedikasi Prof Harris di dunia sastra, wartawan dan akademisi, Hamas akan memberikan Life Achievement Award.
“Sebelum acara tanggal 4 Januari itu, akan digelar diskusi berupa Bedah Cerpen Prof Harris, di antaranya yang berjudul Si Padang dan Arwana, yang sempat menjadi trending, karena menyangkut adat dan budaya di Minang,” ujar Isa, Sabtu (30/11/2024).
“Pemilihan tanggal 4 Januari, karena bertepatan dengan 4 Januari 2025 Prof Harris genap berumur 75 tahun. Beliau kelahiran 1950,” tambah owner forumsumbar.com ini.
Seterusnya, lanjut Isa lagi, akan ada Parade Baca Puisi oleh para penyair, ASN/profesional, dosen, guru, mahasiswa dan siswa.
Ditambahkan Isa bahwa acara berkesenian dan berkebudayaan ini merupakan yang kelima kalinya diadakan oleh Hamas. Sebelumnya sudah pula menggelar; “Peringatan 88 Tahun Rusli Marzuki Saria”, “Peringatan 20 Tahun Wafatnya Hamid Jabbar”, “Mengenang Sang Legenda Chairul Harun,” dan “Parade Baca Puisi Karya Upita Agustine” yang baru lalu.
“Semua ini merupakan sebagai bentuk penghargaan terhadap para sastrawan, wartawan dan akademisi, yang telah mengharumkan nama Sumbar, atau katakanlah Ranah Minang, dengan karya-karya mereka yang fenomenal dan melegenda,” tutur Isa.
“Kalau tidak kita-kita yang menghargai siapa lagi?” tegasnya.
Juga, kata Isa, sekaligus sebagai pemantik semangat kaum muda Minang bisa pula berkesenian dan berkebudayaan dengan menghasilkan karya-karya, yang kalau bisa lebih hebat dari para pendahulu.
“Karena berkesenian dan berkebudayaan itu bergerak di jalan sunyi, semoga acara ini mendapatkan dukungan dari semua pihak,” harap Isa.
Sekilas Prof Harris Effendi Thahar
Prof Dr Harris Effendi Thahar, MPd (lahir 4 Januari 1950) merupakan seorang Sastrawan, Wartawan dan Akademisi, yang juga guru besar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP), yang banyak menulis cerita pendek (cerpen) dan sajak. Namanya tercatat sebagai salah satu penyair angkatan 1970-an di Sumatera Barat.
Harris, anak ketujuh dari sebelas bersaudara, lahir dari pasangan Thahar Umar dan Nurijah Rasyad asal Minangkabau. Kedua orang tuanya gemar membaca, yang kemudian memberikan pengaruh terhadap pembentukan dirinya.
Setelah lulus STM jurusan Bangunan Air di Padang, Harris melanjutkan pendidikannya di IKIP Padang dengan mengambil jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur. Tahun 1986, ia memperoleh gelar sarjana muda.
Harris meneruskan pendidikannya di universitas yang sama hingga memperoleh gelar sarjana (1994) dan master (2000). Tahun 2006, ia meraih titel doktor dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Dan empat tahun kemudian ia dikukuhkan sebagai guru besar UNP, dalam bidang Pendidikan Sastra Indonesia.
Kemudian, Harris memulai kariernya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan IKIP Padang. Bersamaan dengan itu ia bekerja sambilan sebagai wartawan di SKM Canang terbitan Padang.
Di IKIP Padang, ia menjadi dosen di Fakultas Bahasa, Sastra, dan Seni. Tahun 1995, ia sempat mengajar Sastra Indonesia di Universitas Tasmania, Hobart, Australia.
Selain mengajar dan menjadi wartawan, ia juga aktif menulis. Menulis dijadikannya sebagai sarana untuk mengungkapkan kegelisahan-kegelisahannya.
Sebagai seorang penulis, Harris ikut terlibat dalam kelompok diskusi “Kerikil Tajam” bersama para penulis lainnya seperti Hamid Jabbar dan Darman Moenir.
Cerpen-cerpennya banyak menyoroti budaya dan masyarakat Minang, antara lain “Si Padang” yang menggambarkan perilaku para tokoh panutan di rantau yang justru tidak pantas untuk diteladani.
Cerpen ini dimuat di harian Kompas pada tanggal 14 September 1986, dan sempat menghebohkan orang Minang perantauan. Cerpen lainnya “Arwana” juga menyodorkan sisi lain orang Minang yang berlatar militer.
Cerpen-cerpennya juga sering muncul di majalah Horison, antara lain “Lurus” di edisi Mei 1981, “Pemilihan Umum” di edisi Juni 1981, “Berburu di Belantara Jakarta” di edisi Mei 1983, dan “Diam” di edisi Desember 1988.
Selain cerpen, puisinya juga pernah muncul di majalah tersebut, di antaranya “Mengapa Aku Diam” dan “Bukit Cina”. Keduanya di edisi Januari 1975.
Karya-karyanya kemudian diterbitkan dalam bentuk buku kumpulan sajak “Lagu Sederhana Merdeka” (1979) dan dua buku kumpulan cerpen “Si Padang” (2003) serta “Anjing Bagus” (2005). Selain itu ia juga menulis buku yang berjudul “Kiat Menulis Cerpen” (1999).
Ia menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Sumatera Barat (DKSB) periode 2007-2010.
Pada 2020 terbit dua buku terbarunya, “Kopi Rasa Bahagia” (kumpulan kolom, diterbitkan Kabarita), dan “Rumah Ibu” (kumpulan cerpen, diterbitkan Penerbit Buku Kompas).
Adapun karya-karya Harris Effendi Thahar di antaranya sebagai berikut;
Si Padang (cerpen, 1986);
Arwana (cerpen, 2006);
Lagu Sederhana Merdeka (kumpulan sajak, 1979);
Kado Istimewa: Cerpen Pilihan KOMPAS (1992);
Pelajaran Mengarang: Cerpen Pilihan KOMPAS (1993);
Lampor: Cerpen Pilihan KOMPAS (1994);
Laki-Laki yang Kawin dengan Peri: Cerpen Pilihan KOMPAS (1995);
Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan: Cerpen Pilihan KOMPAS (1997)
Kiat Menulis Cerpen (1999);
Dua Tengkorak Kepala: Cerpen Pilihan KOMPAS (2000);
Beautiful Eyes: Cerpen Pilihan KOMPAS (2001);
Si Padang (kumpulan cerpen, 2003);
Anjing Bagus (kumpulan cerpen, 2005);
Riwayat Negeri yang Haru: Cerpen KOMPAS Terpilih 1981-1990 (2006);
Kopi Rasa Bahagia (kumpulan kolom, 2020);
Rumah Ibu (kumpulan cerpen, 2020).
(Ika)