Kumpulan Puisi Leni Marlina (Padang): “Pohon, Jangan Lupakan Akarmu!”
/1/
Pohon, Jangan Lupakan Akarmu
Oleh: Leni Marlina
Kau berdiri sebagai pohon yang lupa,
akar-akar menjuntai seolah lelah mencari pijakan,
seperti jari-jari tua meraba udara
yang tak pernah memberi janji.
Daunmu adalah anak-anak angin,
mengembara tanpa henti,
mengikuti bisikan lembut dari langit
yang memanggil dengan nada kebohongan.
Kau memandang hujan,
setiap tetesnya seperti jarum kaca,
menusuk kulitmu yang lelah.
Kau memanggil tanah,
tapi suaramu hilang,
tertelan oleh gelap yang menunggu.
Kini kau tahu,
akar adalah rahasia bisu
yang menjaga tubuhmu tetap tegak,
diam-diam memeluk bumi,
menghisap nyawa dari kegelapan.
Kau belajar,
bahwa menjadi pohon bukan hanya berdiri,
tapi juga berserah pada kedalaman yang tak terlihat.
Bogor, 2013
/2/
Laut yang Kehilangan Pantai
Oleh: Leni Marlina
Ada laut yang tinggal dalam dadamu,
gelombangnya liar,
menamparkan birunya ke langit
yang tak pernah memberikan pantai.
Kau adalah lautan tanpa tepi,
menyimpan dendam pada daratan
yang mencuri pasir dari lekukan tubuhmu.
Kau memanggil pantai,
tapi suara ombakmu menjadi jeritan sunyi,
pecah sebelum sampai ke telinga pasir.
Kapal-kapal menghindarimu,
mereka takut karam di palung luka
yang kau tinggalkan sebagai warisan.
Bintang-bintang menghilang,
tak ingin menjadi saksi kesedihanmu.
Kini kau menunggu,
bukan pantai,
tapi keberanian untuk menerima
bahwa laut tetaplah laut,
meski kehilangan tepinya.
Bali, 2013
/3/
Matahari yang Tak Pernah Terbenam
Oleh: Leni Marlina
Kau ingin menjadi matahari—
yang tak pernah berhenti bersinar,
yang terus-terusan menembakkan api,
menghanguskan bayangan,
menghapus malam dari tubuh bumi.
Tapi, apa artinya terang
tanpa gelap untuk memeluknya?
Cahaya tanpa batas adalah hukuman,
membakar tanpa ampun,
menghapus semua yang hidup
di bawahnya.
Senja datang sebagai jeda,
sebagai napas terakhir dari hari yang lelah.
Ia menggelar tirai ungu di langit,
membisikkan lagu pengantar tidur
untuk dunia yang sudah terlalu panas.
Mungkin, kau harus belajar dari senja,
bahwa indahnya cahaya
adalah karena ia tahu kapan berhenti,
kapan beristirahat,
kapan menyerahkan tahtanya pada malam.
Bali, 2013
/4/
Rindu yang Tak Punya Alamat
Oleh: Leni Marlina
Rindu ini adalah burung
yang kehilangan sarang,
sayapnya lemah,
terlalu lama melayang tanpa angin.
Ia terbang menembus awan,
mengira ada jalan pulang
di balik hujan.
Tapi langit hanyalah kekosongan,
memantulkan bayangannya sendiri
tanpa belas kasih.
Rindumu mencari tanah,
tanah yang mengerti
bahwa rumah tak selalu terlihat.
Ia mencoba bersarang di hatimu,
tapi hati itu adalah batu—
keras, dingin, tak mau menerima.
Akhirnya kau tahu,
rindu bukanlah pelarian,
tapi perjalanan tanpa akhir
yang mengajari kita cara mencintai
tanpa memiliki.
Bali, 2013
/5/
Pasir yang Menolak Menjadi Kaca
Oleh: Leni Marlina
Kau adalah pasir,
setiap butirmu adalah kenangan yang tersimpan
di antara ombak dan langit.
Ketika api mencoba membentukmu menjadi kaca,
kau berteriak dalam diam,
kau menolak kehilangan dirimu
hanya demi kilauan semu.
Kau ingin tetap di sini,
di bawah langkah-langkah kaki,
di antara tarian ombak yang memeluk pantai.
Kau ingin menjadi debu
yang terbang bersama angin,
bukan kaca yang terpenjara
di bingkai yang tak pernah terbuka.
Api, meski membara,
tak bisa mencuri kebebasanmu.
Kau tetap pasir—
bebas, liar,
dan sejati dalam kelembutanku.
Bali, 2013
Catatan
Puisi ini awalnya ditulis oleh Leni Marlina tahun sebagai karya untuk koleksi puisi pribadi tahun 2013. Puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kali oleh penulisnya melalui media digital tahun 2024.
Leni Marlina merupakan anggota aktif Asosiasi Penulis Indonesia, SATU PENA cabang Sumatera Barat. Ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair & Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association.
Selain itu, Leni terlibat dalam Victoria’s Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Leni juga merupakan pendiri dan pemimpin sejumlah komunitas digital yang berfokus pada sastra, pendidikan, dan sosial, di antaranya:, (1) Komunitas Sastra Anak Dunia (WCLC): https://rb.gy/5c1b02, (2) Komunitas Internasional POETRY-PEN; (3) Komunitas PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat): https://tinyurl.com/zxpadkr; (4) Komunitas Starcom Indonesia (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia): https://rb.gy/5c1b02.