Oleh: Mardhatillah, STP, MSc
(S3 Ilmu Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang)
SUMATAERA BARAT masih mengandalkan pasokan pangan dari daerah lain, seperti bawang merah dan bawang putih, jagung, gula pasir, cabe merah, dan daging serta hasil hortikultura yang lainnya, yaitu; kentang, kubis, dan wortel yang tidak mencukupi.
Hasil hortikultura biasanya didatangkan dari daerah penghasil besar seperti Karo di Sumatera Utara. Begitu juga dengan beras, meskipun Sumatera Barat memiliki lahan sawah di beberapa wilayah, seperti di daerah Solok, Payakumbuh, Batusangkar, Painan dan bahkan Padang Pariaman, produksi beras lokal sering kali tidak mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat.
Sumatera Barat sering memasok beras tambahan dari provinsi penghasil beras besar seperti Sumatera Selatan dan Lampung. Bawang merah dari provinsi lain seperti Brebes di Jawa Tengah, yang terkenal sebagai penghasil bawang merah terbesar di Indonesia. Bawang putih sebagian besar diimpor dari luar negeri, namun beberapa stok datang melalui Jawa atau daerah pengimpor utama di Indonesia.
Lahan pertanian di Sumatera Barat sering mengalami bencana alam seperti banjir dan tanah longsor yang mengakibatkan rusak atau bahkan gagal panen. Perubahan iklim yang menyebabkan ketidakpastian cuaca juga memengaruhi produktivitas pertanian, misalnya melalui pola hujan yang tidak menentu atau suhu yang ekstrim. Dampak ini membuat petani kesulitan mempertahankan hasil produksi yang konsisten sepanjang tahun.
Pola konsumsi masyarakat yang sangat bergantung pada beras sebagai sumber pangan pokok menambah tantangan dalam ketahanan pangan. Diversifikasi pangan yang terbatas menyebabkan ketergantungan tinggi pada satu jenis komoditas, sementara potensi tanaman lokal lain, seperti umbi-umbian dan sayuran, kurang dimanfaatkan.
Petani di Sumatera Barat sering menghadapi tantangan ekonomi, seperti fluktuasi harga hasil pertanian dan tingginya biaya produksi. Selain itu, kurangnya akses permodalan dan bantuan teknis membuat petani kesulitan untuk berinovasi atau memperluas usaha tani mereka.
Ketidakpastian ekonomi ini juga menyebabkan minat generasi muda untuk terjun di bidang pertanian semakin rendah. Untuk menghadapi tantangan ini, diversifikasi pangan menjadi solusi penting yang didorong oleh berbagai pihak. Bayam Brazil, misalnya, dapat menjadi alternatif karena mudah tumbuh di berbagai jenis tanah dan kondisi cuaca.
Tanaman ini juga memiliki nilai gizi tinggi dan bisa menjadi sumber pangan lokal yang lebih terjangkau, membantu mengurangi ketergantungan pada bahan pangan tertentu dan meningkatkan kualitas gizi masyarakat.
Bayam Brazil adalah tanaman sayuran berdaun hijau yang mulai dilirik sebagai alternatif sumber pangan di berbagai daerah, termasuk di Indonesia. Secara ilmiah, bayam Brazil dikenal sebagai Alternanthera sissoo, dan meskipun memiliki nama “bayam,” tanaman ini sebenarnya berasal dari keluarga berbeda.
Bayam Brazil semakin menarik perhatian karena dapat menjadi sumber pangan alternatif yang berkelanjutan dan bernutrisi tinggi. Di tengah kondisi ketahanan pangan yang menantang, khususnya di Sumatera Barat yang masih bergantung pada pasokan dari daerah lain, bayam Brazil bisa menjadi alternatif yang ideal.
Budidayanya yang mudah membuatnya cocok sebagai pilihan tanaman bagi petani lokal, sementara kandungan gizinya yang kaya mendukung pemenuhan nutrisi masyarakat secara keseluruhan.
Mengapa Bayam Brazil dapat berpotensi sebagai alternatif pangan, karena ada dua hal yang menyebabkannya, yaitu, pertama, ketersediaannya sepanjang tahun. Dimana dengan pertumbuhannya yang cepat dan berkelanjutan, bayam Brazil dapat dipanen kapan saja sepanjang tahun, bahkan di musim kering atau saat kondisi cuaca kurang mendukung.
Kedua, budidaya yang mudah dan hasil yang melimpah membuat bayam Brazil dapat diakses oleh banyak kalangan masyarakat dengan harga yang lebih terjangkau. Ini menjadikannya sumber pangan yang baik untuk membantu mengatasi masalah ketahanan pangan di daerah seperti Sumatera Barat.
Yang paling utama adalah keunggulan nutrisi atau kandungan gizi yang tinggi: dari Bayam Brazil, yaitu kaya akan serat, vitamin (A, C, dan K), serta mineral seperti kalsium dan zat besi. Komposisi nutrisinya mendukung kesehatan, terutama dalam menjaga kekebalan tubuh, kesehatan tulang, dan pencernaan.
Begitujuga dengan Antioksidan dan Senyawa Fitokimia: Bayam Brazil. Bayam ini mengandung senyawa antioksidan yang membantu melawan radikal bebas, sehingga baik untuk kesehatan kulit dan mencegah penyakit degeneratif.
Ini menjadikannya pilihan yang baik untuk meningkatkan kualitas nutrisi masyarakat. *)