Oleh: Nugraha Ramadhan, SP, MP
(Dosen Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Andalas)
TIM Pengabdian kepada Masyarakat yang beranggotakan dosen dan mahasiswa dari Prodi Agroteknologi, Prodi Teknik Pertanian dan Biosistem dan Prodi Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Universitas Andalas (Unand) mengadakan agenda Pengabdian kepada Masyarakat dengan bentuk skema Kemitraan Masyarakat Membantu Usaha Berkembang (PKM-MUB) di Kelurahan Koto Luar Kota Padang.
Agenda yang telah dilaksanakan semenjak 28 Juli 2024 lalu ini bermitra dengan kelompok tani Taruko Saiyo, dan merupakan program hibah yang didanai oleh Unand dengan nomor kontrak 51/UN16.19/PM.03.03/PKM-MUB/2024.
Adapun tujuan diadakan agenda pengabdian kepada masyarakat ini adalah; pertama, pengaplikasian teknologi AWD (Alternate Wetting and Drying) dalam rangka penghematan penggunaan air irigasi sawah.
Kedua, memberikan pendampingan sistem budidaya padi metode Jajar Legowo 4 : 1 untuk meningkatkan produksi padi secara efektif, efisien dan berkelanjutan.
Ketiga, upaya peningkatan level keberdayaan mitra dari aspek manajemen-produksi dan aspek sosial budaya.
Ditinjau dari sistem budidaya padi, kelompok tani mitra saat ini masih menggunakan sistem budidaya padi secara konvensional, baik dari sistem pengairan dan metode tanamnya.
Kekurangan dari sistem budidaya padi konvensional yakni memiliki produktivitas yang lebih rendah dan kurang efektif efisien dalam meningkatkan produksi dibandingkan dengan beberapa sistem budidaya padi lainnya.
Aplikasi jarak tanam yang terlalu rapat, sering digunakan oleh petani dalam budidaya padi konvensional, sehingga tanaman padi akan mengalami gangguan produksi dan pada akhirnya dapat menurunkan hasil tanaman.
Di samping itu, petani saat ini menghadapi permasalahan terkait ketersediaan air dalam teknis budidaya padi mereka. Ancaman perubahan iklim yang belakangan ini terjadi dapat berakibat terhadap kelangkaan pasokan air pertanian.
Jika kondisi itu terjadi, maka akan sangat meresahkan bagi petani dan dapat menjadi ancaman serius karena pada akhirnya kelangkaan air dapat menurunkan produksi serta bahkan menyebabkan kegagalan panen.
Oleh sebab itu agenda yang diketuai oleh Nugraha Ramadhan, SP, MP, ini diharapkan mampu menjadi langkah nyata dalam memajukan sektor pertanian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, dukungan yang berkelanjutan dari berbagai pihak sangat diharapkan, sehingga program ini dapat menjadikan kelompok tani mitra menjadi model untuk pengembangan pertanian berkelanjutan.
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan adalah sosialisasi, pelatihan serta penerapan teknologi
Upaya mengatasi penurunan produksi akibat tingginya tingkat kompetisi antar tanaman dalam memperebutkan ketersediaan sumberdaya berupa nutrisi, air dan cahaya konsekuensi dari pengaplikasian jarak tanam yang terlalu rapat pada sistem budidaya padi secara konvensional, maka modifikasi iklim mikro tanaman dengan implementasi sistem tanam Jajar Legowo dapat dijadikan sebagai solusi.
Kementerian Pertanian Indonesia menyebutkan bahwa sistem tanam Jajar Legowo merupakan teknologi yang mengatur jarak tanam padi sawah, dimana Jajar Legowo memberikan ruang tumbuh lapang, populasi yang lebih tinggi, dan memudahkan dalam pengendalian OPT.
Beberapa keuntungan dari sistem ini ialah: pertama, memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada bagian pinggir barisan. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi, sehingga akan mendapatkan bobot buah yang lebih berat,
Kedua, mengurangi kemungkinan serangan hama, terutama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka, hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya.
Ketiga, menekan serangan penyakit. Pada lahan yang relatif terbuka, kelembaban akan semakin berkurang, sehingga serangan penyakit juga akan berkurang.
Keempat, mempermudah pelaksanaan pemupukan dan pengendalian hama/penyakit.
Kelima, menambah populasi tanaman, dan, keenam, meningkatkan produktivitas padi.
AWD indikator sendiri terbuat dari pipa paralon yang memiliki tinggi 40 cm (20 cm dibenamkan di bawah permukaan tanah) dan diameter 4 inch dipasang pada lahan sawah dengan lokasi tertinggi, serta ditempatkan dengan jarak ±1 meter dari pematang sawah.
Sistem AWD akan diterapkan pada saat setelah pindah tanam (0 HST) hingga 1 minggu sebelum tanaman padi berbunga (fase vegetatif). Selama fase ini sawah akan diairi secara berselang (basah-kering), sawah baru akan diari / digenangi (3 cm di atas permukaan tanah) jika kedalaman permukaan air tanah telah mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah.
Berdasarkan dari beberapa literatur menyebutkan bahwa pada nilai koefisien tanam, pemberian air sistem AWD mampu menghemat air sekitar 20 – 30% dibandingkan dengan sistem konvensional.
Dengan demikian sistem irigasi hemat air merupakan salah satu alternatif yang harus dilaksanakan untuk menjaga agar lahan produksi tetap dapat terairi tanpa mengurangi produksi.
Gambar. Penerapan teknologi : Pemasangan indikator AWD pada lahan sawah dengan sistem tanam padi Jajar Legowo 4 : 1. *)