
PADANG, forumsumbar —Novel “Giring-Giring Perak” merupakan salah satu karya Makmur Hendrik yang menjadi legenda, selain “Tikam Samurai”.
Adapun “Giring-Giring Perak “bercerita bagaimana seorang anak muda berkelana mencari ayah bundanya yang tidak pernah dikenalnya.
Satu-satunya tanda yang di bawa sejak masih bayi adalah giring-giring yang terbuat dari perak, yang selalu melekat di pergelangan kaki kanannya.
Itu sebab orang-orang mengenalnya sebagai Si Giring-Giring Perak, karena dia memang tidak mengetahui siapa namanya sendiri.
Ia dibesarkan sekaligus diajari ilmu silat dan ilmu batin yang amat tinggi oleh seorang lelaki yang memungutnya.
Dalam pengelanaannya, dia selalu membela pihak yang lemah. Menghadapi berbagai kelompok rampok, bahkan tentara VOC yang menjajah negerinya.
Pengelanaannya berpuncak ketika dia mengetahui siapa ibundanya, yakni seorang turunan raja Pagaruyung. Dan ayahnya ternyata sudah lama wafat.
Sang Ibu selama puluhan tahun disekap di sebuah goa di Bukit Tambun Tulang, oleh kepala lanun yang amat terkenal dan amat ditakuti bernama Harimau Tambun Tulang.
Kepala begal itu disebut Harimau Tambun Tulang karena selalu memakai jubah yang terbuat dari kulit harimau, lengkap dengan kepala harimau yang selalu menutup wajahnya Orang tak pernah melihat wajah aslinya.
Ibunya ditahan di sana karena kepala lanun itu jatuh hati pada ibunya, tapi tak pernah kesampaian, karena ibunda Si Giring-Giring Perak tidak pernah berkenan padanya.

Ke sanalah dia pergi. Ke goa Bukit Tambun Tulang yang penuh jebakan dan ranjau mematikan, yang menjadi markas Harimau Tambun Tulang bersama puluhan anak buahnya.
Dalam pertarungan membebaskan ibundanya, setelah menaklukkan puluhan begundal anak buah Harimau Tambun Tulang, tiba-tiba dia berhadapan langsung dengan Harimau Tambun Tulang yang amat ditakuti itu.
Suatu ketika dengan tenaga dalam berkekuatan penuh dia menghantam Harimau Tambun Tulang.
Secara ilmu di dunia pencak silat, dengan mudah Harimau Tambun Tuaang bisa memunahkan serangannya tersebut. Paling tidak dia bisa menghindar dari serangan mematikan yang dilancarkan dengan kekuatan penuh itu.
Namun entah mengapa, dia tidak hanya tidak melakukan pembelaan diri, tetapi juga tidak berusaha sedikitpun untuk menghindar. Kendati hal itu adalah sesuatu yang amat mudah dia lakukan.
Si Giring-Giring Perak merasakan ada sesuatu yang amat ganjil atas sikap kepala lanun yang amat ditakuti dan berilmu tinggi itu. Mengapa dia tidak berusaha sedikitpun untuk menyelamatkan diri dari hantaman tenaga batinnya?
Lalu, ketika Si Giring-Giring Perak menyingkapkan topeng kepala harimau yang selalu menutupi wajah kepala begal itu, dia tersentak.
Di balik jubah harimau itu, kepala begal yang amat ditakuti dan telah mengurung bundanya selama belasan tahun itu, tak lain adalah orang yang membesarkannya, guru yang menurunkan kepadanya ilmu silat dan ilmu batin yang amat tinggi!
(Tan)