
Kumpulan Puisi Leni Marlina:
/1/
Akhir Perjalanan Ramadhan Kita
Oleh: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, Penyala Literasi, ACC SHILA)
Ya Allah,
kami datang seperti burung yang kelelahan dalam pengembaraannya,
mengepak di langit-Mu yang tak bertepi,
mencari dahan tempat bersandar.
Kami bagaikan angin yang telah menyusuri malam,
meninggalkan jejak sunyi di wajah waktu,
memanjatkan doa dalam langit yang tak tertidur.
Perjalanan Ramadhan ini seperti jejak yang kami tinggalkan di pasir,
sementara ombak Idul Fitri datang mencium pantai,
membawa pesan:
Apakah kami telah sampai,
atau hanya tersesat dalam ilusi perjalanan?
Jika hati kami masih buta,
ya Rabb,
jadikan malam-malam yang telah kami lalui
sebagai pelita yang tak padam.
Jangan biarkan kami kembali menjadi pasir
yang diterbangkan angin tanpa arah.
Wahai Tuhan,
Terimalah akhir perjalanan Ramadhan kami ini,
bukan sebagai akhir,
tetapi sebagai awal yang lebih terang.
Padang, Sumatera Barat, 2018
/2/
Kami Datang Kepada-Mu
Oleh: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, Penyala Literasi, ACC SHILA)
Kami datang kepadamu,
ya Allah,
seperti daun-daun yang jatuh dari ranting,
menyerahkan diri pada takdir angin.
Kami telah merasakan lapar yang memurnikan,
dan haus yang menyucikan.
Tapi apakah kami telah cukup terjaga?
Idul Fitri mengetuk gerbang waktu,
namun waktu adalah cermin yang menatap balik.
Apakah kami telah berubah,
atau hanya berjalan dalam lingkaran yang sama?
Jika langkah kami masih goyah,
mohon tuntunlah kami ya Allah.
Jika hati kami masih berdebu, mohon basuhlah ya Rabb.
Jadikanlah hari ini sebagai fajar baru,
bukan hanya untuk tubuh kami,
tetapi juga untuk jiwa kami yang terus mencari jalan pulang kepada-Mu.
Padang, Sumatera Barat, 2019
/3/
Puasa yang Membuka Pintu
Oleh: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, Penyala Literasi, ACC SHILA)
Puasa adalah rumah yang kita bangun tanpa dinding,
hanya angin yang masuk dan keluar,
hanya cahaya yang berbicara di sudut-sudut sunyi.
Lapar mengetuk pintu-pintu dada kita,
bukan untuk meruntuhkan,
tetapi untuk membuka ruang bagi Tuhan.
Lalu Idul Fitri datang,
dan kita bertanya:
Apakah rumah ini akan tetap berdiri,
atau akan kembali penuh dengan tembok diri?
Padang, Sumatera Barat, 2019
/4/
Ketika Ramadhan Meninggalkan Kita
Oleh: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, Penyala Literasi, ACC SHILA)
Kita datang kepada Ramadhan sebagai anak-anak yang hilang,
mencari ibu di dalam sunyi malam.
Kita mendengar namanya dipanggil angin,
kita merasakan pelukannya dalam sahur yang bening.
Namun waktu adalah kafilah yang tak berhenti.
Ramadhan meninggalkan kita sebelum kita siap,
dan kita pun meninggalkannya tanpa janji yang pasti.
Lalu Idul Fitri mengetuk di pintu,
menanyakan: Apakah kita sudah siap,
atau kita hanya sekadar lewat?
Padang, Sumatera Barat, 2019
/5/
Matahari Sepanjang Ramadhan
Oleh: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, Penyala Literasi, ACC SHILA)
Sepanjang Ramadhan,
matahari kita genggam dalam doa,
bulan kita rangkul dalam sujud.
Puasa membakar kerak dunia di tubuh kita,
mengubah abu menjadi sayap,
mengubah waktu menjadi puisi.
Lalu Idul Fitri tiba,
dan kita bertanya:
Apakah matahari masih ada dalam genggaman,
atau sudah terlepas ke tangan yang lain?
Padang, Sumatera Barat, 2019
/6/
Lapar yang Menjadi Doa
Oleh: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, Penyala Literasi, ACC SHILA)
Lapar bukan hanya perut yang kosong,
tetapi sungai yang mengering dalam dada,
meninggalkan dasar yang retak-retak,
tempat cahaya bisa masuk.
Puasa adalah bahasa yang lebih tua dari kata-kata,
lebih dalam dari sejarah.
Ketika Idul Fitri datang,
kita menjadi tanah yang basah kembali,
tetapi apakah sungai itu masih mengalir,
atau telah kembali menjadi pasir?
Padang, Sumatera Barat, 2019
/7/
Mendengar Tuhan
Oleh: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, Penyala Literasi, ACC SHILA)
Dalam Ramadhan,
kita mendengar Tuhan bukan dalam suara,
tetapi dalam hening yang mengisi ruang antara detik-detik.
Waktu melambat,
seperti burung yang menunda kepakan sayapnya,
mengambang di tengah udara.
Lalu Idul Fitri datang,
dan kita kembali berlari,
tetapi di mana suara Tuhan?
Apakah ia hanya ada dalam keheningan,
atau bisa ditemukan dalam langkah kita?
Padang, Sumatera Barat, 2019
/8/
Menjadi Batu atau Air?
Oleh: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, Penyala Literasi, ACC SHILA)
Sepanjang Ramadhan, kita adalah batu
di dasar sungai tak terlihat,
diasah oleh arus sabar dan sunyi.
Kita belajar melepaskan bentuk,
menjadi air,
mengalir ke celah-celah doa.
Lalu Idul Fitri datang,
dan kita bertanya:
Apakah kita tetap menjadi air,
atau kembali menjadi batu?
Padang, Sumatera Barat, 2019
/9/
Cahaya Dari Dalam Tubuh Kita
Oleh: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, Penyala Literasi, ACC SHILA)
Dalam Ramadhan, cahaya tidak hanya datang dari matahari,
tetapi dari dalam tubuh kita sendiri.
Ia menyusuri tulang kita seperti sungai bening,
ia berdenyut di nadi seperti doa.
Kita lapar,
bukan karena dunia mengurangi kita,
tetapi karena cahaya sedang tumbuh.
Ketika Idul Fitri tiba,
apakah cahaya itu masih di sana,
atau kita biarkan ia padam?
Padang, Sumatera Barat, 2019
/10/
Ramadhan Membuka Pintu Dalam Diri
Oleh: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, Penyala Literasi, ACC SHILA)
Ramadhan membuka pintu dalam diri kita,
pintu yang selama ini terkunci oleh gemerlap dunia.
Dibukanya dengan kunci lapar,
diputar dengan tangan sabar.
Lalu Idul Fitri tiba,
dan kita menemukan pintu itu tak lagi terkunci.
Tetapi akankah kita tetap melewatinya,
atau memilih menutupnya kembali?
Padang, Sumatera Barat, 2019
/11/
Menggali Cahaya dalam Diri
Oleh: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, Penyala Literasi, ACC SHILA)
Ramadhan adalah waktu menggali.
Kita menanam tangan ke dalam dada,
mencari cahaya yang terkubur oleh dunia.
Kita menggali dengan doa,
kita menggali dengan lapar,
hingga jari kita menyentuh permata tersembunyi.
Lalu Idul Fitri datang,
dan kita bertanya:
Apakah kita akan menjaga permata ini,
atau membiarkannya tertutup debu lagi?
Padang, Sumatera Barat, 2019
/12/
Jejak yang Terus Kita Ikuti
Oleh: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, Penyala Literasi, ACC SHILA)
Ramadhan bukan tujuan,
melainkan jejak yang terus kita ikuti,
jalan yang menghilang di cakrawala,
namun tak pernah berakhir.
Kita berjalan dengan kaki lapar,
kita melangkah dengan cahaya di tangan.
Ketika Idul Fitri datang,
apakah kita berhenti,
atau melanjutkan perjalanan?
Padang, Sumatera Barat, 2019
Catatan :
Kumpulan puisi berjudul “Akhir Perjalanan Ramadhan” (puisi No 1 – 12) awalnya ditulis secara bilingual (Inggris-Indonesia) oleh Leni Marlina hanya sebagai hobi dan koleksi puisi pribadi tahun 2019. Puisi tersebut direvisi kembali serta mulai dipublikasikan secara bertahap untuk pertama kalinya melalui media digital tahun 2025.
Leni Marlina sampai saat ini merupakan anggota aktif Asosiasi Penulis Indonesia, SATU PENA cabang Sumatera Barat sejak berdiri tahun 2022; Komunitas Kreator Indonesia Era AI. Selain itu, ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair dan Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta mulai tahun 2024 dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association.
Leni pernah terlibat dalam Victoria’s Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Leni juga mendirikan dan memimpin komunitas digital / kegiatan lainnya yang berfokus pada bahasa, sastra, pendidikan, dan sosial, di antaranya:
1. World Children’s Literature Community (WCLC): https://shorturl.at/acFv1
2. Poetry-Pen International Community
3. PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat), the Poetry Community of Indonesian Society’s Inspirations: https://shorturl.at/2eTSB; https://shorturl.at/tHjRI
4. Starcom Indonesia Community (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia):
https://rb.gy/5c1b02
5. Linguistic Talk Community
6. Literature Talk Community
7. Translation Practice Community
8. English Languange Learning, Literacy, Literary Community (EL4C)
