
“Matahari yang Tak Pernah Lelah”: Kumpulan Puisi Leni Marlina (PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar)
/1/
Matahari yang Tak Pernah Lelah
Oleh: Leni Marlina
Di puncak Marapi yang memuntahkan keluh,
matahari tak pernah lelah berpeluh.
Kabutmu mencoba membekap sinar,
namun perempuan Minang adalah lentera yang tak pudar.
Kami adalah fajar yang mencakar malam,
menyalakan langit yang kau selimuti kelam.
Gelombang digital yang kau susun dengan tipu,
pecah oleh doa-doa yang menyusup haru.
Kau pikir kami layu dalam gelap yang kau cipta,
tapi kami adalah bara yang menantang derasnya tirta.
Tanah kami, iman kami, keluarga kami,
adalah benteng yang tak bisa kau runtuhkan lagi.
Kami melawan bukan dengan senjata,
tapi dengan hati yang menjaga cahaya.
Hidup kami adalah perlawanan yang berbudi,
melawan segala tirani yang mencoba mematikan nurani.
Padang, Sumbar, 2024
/2/
Angin yang Membelah Kabut
Oleh; Leni Marlina
Di lembah Singgalang yang dibalut kelam,
angin menghunus kabut bagai pisau dendam.
Wajah tanah bergelut dengan luka,
namun jiwa kami, perempuan Minang, tak pernah sirna.
Kami bukan bunga yang gugur di terpa bayu,
tapi akar yang menembus batu, menantang waktu.
Embun pagi mungkin terkikis,
namun kami adalah karang yang tak habis-habis.
Suara kami menggema seperti petir di angkasa,
menjaga keluarga dengan tangan yang mencakar rasa.
Bukan keanggunan kami pamerkan,
tapi kekuatan yang terpatri di lubuk kehidupan.
Kami membelah kebohongan zaman,
seperti obor yang menyala di gua terdalam.
Dalam bayang digital yang hanya pura-pura,
kami adalah cahaya kecil yang menuntun dunia keluarga.
Padang, Sumbar, 2024
/3/
Surau di Antara Cahaya Palsu
Oleh: Leni Marlina
Di surau kecil yang menantang malam,
cahaya hadir tanpa tamu atau salam.
Doa mengalir seperti arus tanpa batas,
mengusir debu dunia yang membawa nestapa.
Kau datang membawa cahaya berbingkai emas,
namun kami tahu, itu hanya kaca berlapis dusta.
Perempuan Minang bukan pemburu kilau,
kami adalah penjaga cahaya yang nyata, meski redup sekalipun.
Kami adalah cermin yang memantulkan kebenaran,
menghapus topeng yang berlapis kebohongan.
Di setiap retakan dinding surau,
tersimpan doa yang tak pernah lelah meminta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Surau ini adalah tanah suci yang hidup,
meski dunia di luar menawarkan kehidupan palsu.
Kami menjaga doa seperti menjaga nyawa,
karena di dalamnya, cahaya sejati tetap menyala.
Padang, Sumbar, 2024
/4/
Gelombang yang Menyentuh Gonjong
Oleh: Leni Marlina
Gelombang Samudera Hindia menggulung dengan marah,
menghantam gonjong yang menantang arah.
Tapi kami, perempuan Minang, adalah batu yang kokoh,
melawan badai dengan tekad tak roboh.
Kami bukan semangka yang luruh disentuh,
tapi karang yang tak bisa kau remukkan dengan lusuh.
Kau kirimkan badai dengan gigi yang tajam,
kami jawab dengan nyanyian perang yang menderam.
Tanah ini adalah rumah yang kami rawat dengan darah,
keluarga adalah nyawa yang kami jaga tanpa lelah.
Dalam badai yang menggulung dunia,
kami berdiri, menyulut bara dengan doa.
Gelombangmu hanya ombak kecil,
sementara kami adalah samudera yang penuh.
Dalam kelembutan kami tersimpan kekuatan,
yang menghancurkan segala bentuk kebohongan.
Padang, Sumbar, 2024
/5/
Bayang yang Menjaga Batu Gadang
Oleh: Leni Marlina
Di bawah Jam Gadang yang menjadi saksi abad,
bayang kami hidup, menggema di setiap labirin waktu.
Kau pikir kami hanyalah jejak yang terhapus senja,
namun kami adalah ukiran di batu yang tak pernah sirna.
Kami bukan bayangan yang hilang saat matahari padam,
melainkan nyala yang menyusup ke dalam gelap malam.
Di setiap retakan batu itu,
ada doa kami yang tak pernah redup.
Kami menjaga keluarga dengan hati lembut dan gurat tangan kasar,
menanam iman di tanah yang kerap memar.
Doa kami adalah kekuatan,
Kami tak tunduk pada kebohongan yang kau ciptakan,
tipu dayamu akan kami hentikan dari semua penjuru ingatan.
Kami adalah perempuan Minang, menjaga martabat,
melindungi dunia yang kerap lupa pada hakikat.
Padang, Sumbar, 2024.
Biografi Singkat
Kumpulan puisi ini awalnya ditulis oleh Leni Marlina tahun 2024. Puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kalinya melalui media digital tahun 2025.
Leni juga merupakan anggota aktif Asosiasi Penulis Indonesia, SATU PENA cabang Sumatera Barat sejak berdiri tahun 2022. Selain itu, ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair dan Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association.
Leni pernah terlibat dalam Victoria’s Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Leni juga mendirikan dan memimpin komunitas digital / kegiatan lainnya yang berfokus pada bahasa, sastra, literasi, dan sosial, di antaranya:
1. World Children’s Literature Community (WCLC): https://shorturl.at/acFv1
2. Poetry-Pen International Community
3. PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat), the Poetry Community of Indonesian Society’s Inspirations: https://shorturl.at/2eTSB; https://shorturl.at/tHjRI
4. Starcom Indonesia Community (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia):
https://rb.gy/5c1b02
5. Linguistic Talk Community
6. Literature Talk Community
7. Translation Practice Community
8. English Languange Learning, Literacy, Literary Community (EL4C)
