Kumpulan Puisi Leni Marlina (Padang): “Perahu Harapan”
/1/
Perahu Harapan
Oleh Leni Marlina
Di tepian pantai waktu,
Aku berlayar tanpa peta,
Mengarungi hari-hari
Dalam gelombang yang diam-diam bercerita,
Bahwa kehidupan ini adalah samudera tak terduga.
Sementara pantai terbakar di bawah matahari,
Di kota yang terik dan ramai,
Langit menyelimuti angan
Dalam bentangan biru tak terbatas,
Menyimpan mimpi-mimpi yang masih tersembunyi.
Di seberang lautan beton,
Aku dan para perahu yang lain
Mengapung dalam bising,
Menunggu badai yang tak pernah tahu kapan reda.
Perahu-perahu kami bukan dari kayu,
Bukan pula dari baja—
Tetapi dari harapan yang kukuh,
Menjadi tumpuan di atas gelombang hidup
yang tiada henti menguji.
Kami bukan perahu besar,
Bukan kapal layar megah,
Kami hanya perahu kecil,
Menggantungkan impian pada angin,
Berlabuh di dermaga mimpi yang sederhana.
Padang, 2003
——
/2/
Cahaya yang Terlupakan
Oleh: Leni Marlina
Di antara gemuruh dunia,
Kami adalah cahaya yang tersimpan di bawah bayang-bayang.
Langit luas adalah kanvas,
Menyimpan warna-warna yang tak selalu terlihat,
Namun selalu hadir dalam sunyi.
Kami bukan matahari yang terang benderang,
Hanya bintang kecil yang berkedip dari kejauhan.
Namun dalam sepinya malam,
Kami adalah cahaya yang menuntun jalan,
Meski tak seorang pun menyadari.
Di bawah gemuruh kehidupan,
Kami menebar pijar kecil,
Menyusuri jalan panjang yang sunyi,
Menemukan makna dalam keheningan,
Menjadi perahu yang mengayuh sendiri.
Bukan untuk disanjung,
Bukan untuk dilihat—
Kami hanya perahu yang berlayar,
Menggapai cakrawala dengan kekuatan jiwa
Yang tak pernah lelah mendayung di arus dunia.
Padang, 2003
——-
/3/
Jiwa dalam Lautan Sunyi
Oleh: Leni Marlina
Mengayuh perahu di laut malam,
Sendiri dalam gelapnya angin,
Kami adalah jiwa yang mencari—
Tak berjanji untuk menemukan daratan,
Namun berjanji untuk terus berlayar.
Di bawah taburan bintang yang bisu,
Ada ombak yang menyentuh hati,
Ada mimpi yang berbisik di tengah badai,
Mengajarkan bahwa kekuatan bukan pada ukuran perahu,
Namun pada tekad yang mengayuhnya.
Kami berlayar dalam diam,
Dalam arus yang menghanyutkan,
Menjaga bara kecil yang tak terlihat,
Tetapi tetap menyala di kedalaman jiwa.
Lautan ini adalah kawan,
Menyimpan segala yang kami tahu,
Segala yang kami lihat,
Sebelum tenggelam dalam keheningan—
Menjadi bagian dari ombak,
Menjadi nyala yang tak kan padam.
Padang, 2003
——-
Catatan
Puisi ini awalnya ditulis oleh Leni Marlina hanya sebagai hobi dan koleksi puisi pribadi tahun 2003. Puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kalinya melalui media digital 21 tahun kemudian, 2024.
Leni Marlina merupakan anggota aktif Asosiasi Penulis Indonesia, SATU PENA cabang Sumatera Barat. Ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair & Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association.
Selain itu, Leni terlibat dalam Victoria’s Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Leni juga merupakan pendiri dan pemimpin sejumlah komunitas digital yang berfokus pada sastra, pendidikan, dan sosial, di antaranya:, (1) Komunitas Sastra Anak Dunia (WCLC): https://rb.gy/5c1b02, (2) Komunitas Internasional POETRY-PEN; (3) Komunitas PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat): https://tinyurl.com/zxpadkr; (4) Komunitas Starcom Indonesia (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia): https://rb.gy/5c1b02.