• Forum Sumbar
  • homepage
  • Kontak
  • Privacy Policy
  • Tim Redaksi
Kamis, Juni 12, 2025
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Artikel
  • Opini
  • Advertorial
  • Kontak
No Result
View All Result
Forum Sumbar
  • Home
  • Berita
  • Artikel
  • Opini
  • Advertorial
  • Kontak
No Result
View All Result
Forum Sumbar
No Result
View All Result

78 Tahun Makmur Hendrik dan Para Maestro Pembaca Puisi: Panggung Cahaya di Balairung Andalas

8 Juni 2025
in Opini
Reading Time: 3min read
Views: 352
Rizal Tanjung, Seniman/Penyair sedang membacakan puisi. (Foto : Dok)

Oleh: Rizal Tanjung
(Seniman/Penyair)

DI kaki bukit Gunung Padang, ketika angin membawa harum bunga surau dan gema mamangan tua menggema dari sela-sela pohon andalas, sebuah panggung cahaya terbit—bukan dari langit, melainkan dari kata.

Di Convention Hall Universitas Andalas pada tanggal empat Juni dua ribu dua puluh lima, ruh-ruh puisi berdiri, bukan untuk bersuara, tetapi untuk membangkitkan jiwa.

Lihat Juga

Zulkarnain: Sulaman Indah Naras, Bisa Bangkitkan Ekonomi Warga

Zulkarnain: Sulaman Indah Naras, Bisa Bangkitkan Ekonomi Warga

12 Juni 2025
19
AKBP Maymuspi, Paling Cocok Pimpin KONI Padang Pariaman

AKBP Maymuspi, Paling Cocok Pimpin KONI Padang Pariaman

10 Juni 2025
17
Sakali Aie Gadang, Sakalian Tapian Beranjak: Pergantian Walikota Bukittinggi dan Masa Depan Kebijakan Publik

Sakali Aie Gadang, Sakalian Tapian Beranjak: Pergantian Walikota Bukittinggi dan Masa Depan Kebijakan Publik

9 Juni 2025
19

Di sana, di tengah lautan kursi dan layar-layar raksasa, usia bukanlah beban melainkan mahkota—dan yang mengenakannya adalah Abang Makmur Hendrik, lelaki berusia tujuh puluh delapan tahun yang menulis dengan mata sejarah dan berdetak dengan jantung bangsa.

Acara ini digagas oleh Hamas, sayap tajam kesadaran budaya yang diterbangkan oleh tangan Isa Kurniawan.

Namun, malam itu bukan hanya milik satu orang. Ia adalah simfoni, tempat suara-suara bertemu dalam kepak kata yang luhur—Rizal Tanjung dengan nyala metaforanya, Andrea C Tamsin dengan lembut hujan puisinya, Fauzul el Nurca dengan denting renungan yang pilu, dan para master pembaca puisi lainnya yang seolah datang dari lembah mimpi dan kaki langit kesusastraan.

Mereka tak sekadar membaca puisi. Mereka memanggil roh zaman.

78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik. (Foto : Zizi)

Menulis Adalah Ibadah Sunyi dari Leluhur

Dalam pidato yang bukan sekadar pidato, Makmur Hendrik berdiri di panggung seperti pohon tua yang daunnya adalah halaman-halaman novel.

Di usia senja yang mekar seperti beringin di tengah nagari, ia tak bicara tentang kejayaan masa lalu, tetapi tentang luka yang dijahit menjadi pelita.

Novel Tikam Samurai menjadi inti dari malam yang hangat itu. Sebuah kisah yang tak ditulis dengan tinta, tetapi dengan darah ingatan dan keringat para ibu yang tubuhnya diperkosa sejarah.

Dari Situjuah ke Ladang Laweh, dari malam gelap gulita penjajahan hingga cahaya yang patah-patah dalam merdeka yang tak seluruhnya utuh, Makmur mengubah dendam menjadi hikmah.

Ia tak menulis untuk membenci, melainkan untuk menyadarkan. Bahwa penjajahan tak lagi bersepatu lars—ia kini bersetelan jas, berkedok pasar bebas, dan berbisik lewat algoritma.

Ia bertanya pada kita semua: di manakah harga diri bangsa disembunyikan ketika kita lebih mencintai merek daripada martabat?

Suasana acara 78 Tahun Makmur Hendrik. (Foto : Zizi)

Kata sebagai Tanah, Kalimat sebagai Tali Rumah

Di tengah dunia yang digerogoti banalitas dan kekosongan makna, menulis dari Minangkabau ibarat menimba air dari sumur adat yang tak pernah kering. Sastra di tanah ini bukan hiburan; ia adalah tunas dari batang nilai. Mamangan, kaba, syair, dan pantun, semua mengandung benih kebijaksanaan.

Maka menulis novel, kata Makmur, adalah memahat rumah dari bahasa dan mendirikan tiang dari filsafat adat: adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.

Dalam Tikam Samurai, ia tak sekadar menyusun plot, tetapi menanam kebun makna. Para tokohnya tidak hanya berkonflik dengan pedang musuh, tetapi juga dengan luka batin yang diwariskan generasi demi generasi.

Novel ini adalah pertapaan dalam kata, di mana setiap adegan adalah doa yang mencari arah, setiap dialog adalah jeritan nurani yang enggan menjadi sunyi.

Suasana acara “78 Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”. (Foto : Zizi)

Para Pembaca Puisi: Api di Tengah Embun

Malam itu, puisi-puisi pun berdiri. Mereka tidak dibacakan, tetapi dihidupkan. Suara Rizal Tanjung seperti embun yang jatuh di mata luka. Andrea C Tamsin membacakan bait-baitnya seperti membacakan surat cinta kepada waktu. Fauzul el Nurca mendeklamasikan kesunyian dan memberi tubuh pada kegelisahan. Dan yang lainnya—penyair-penyair yang tak menyebutkan nama tapi menyisakan gema—menjadi perpanjangan suara rakyat yang tak terucap.

Di panggung itu, kata adalah cahaya. Mereka tak hanya membacakan puisi. Mereka mengangkat tulang-belulang sejarah yang tersembunyi di balik televisi, iklan, dan glamor palsu. Mereka membangunkan Sumatera Barat dari tidur panjangnya, membisikkan bahwa perlawanan paling halus adalah lewat sajak, dan bahwa cinta pada bangsa tak harus berteriak—cukup ditulis dengan jujur, dan dibacakan dengan hati yang basah.

Tamu dan undangan serius mengikuti acara. (Foto : Zizi)

Sastra, Jalan Sunyi Menuju Rumah Bernama Bangsa

Dalam dunia yang makin kehilangan cermin, Makmur Hendrik mengajarkan bahwa novel bukan untuk menjual cerita, melainkan untuk membangun cermin. Sastra bukanlah pasar, ia adalah perapian tempat api kesadaran terus dijaga. Novel seperti Tikam Samurai bukan hanya kisah, ia adalah obor. Ia mengajak bangsa ini kembali pulang: kepada sejarahnya, kepada nilainya, dan kepada keindahan yang nyaris punah dalam kedangkalan zaman.

Ia menulis bukan karena ingin dikenang, tetapi karena ingin mengingatkan.

Malam itu, di Convention Hall Universitas Andalas, sastra berubah menjadi sembahyang, puisi menjadi pelita, dan usia 78 menjadi angka sakral dari seorang guru bangsa yang tak pernah lelah menyulam kata untuk menjahit luka kolektif.

Sang Maestro Makmur Hendrik sedang memberikan orasi budaya. (Foto : Zizi)

Menulis untuk Tidak Mati

Abang Makmur tidak menulis untuk dikenang, tetapi agar bangsa ini tidak mudah lupa. Ia tidak berbicara dengan nada tinggi, tetapi dengan nada rendah yang menghujam.

Ia menulis dengan keteguhan seorang lelaki yang mencintai tanah air seperti mencintai ibunya yang renta: dengan kelembutan yang tak bisa dipamerkan, hanya bisa dirasakan.

Malam itu bukan pesta. Ia adalah upacara jiwa. Di sana, di tengah kata-kata dan suara-suara, lahir kembali harapan. Bahwa selama masih ada yang menulis dengan cinta, membaca dengan pedih, dan mendeklamasikan dengan marwah, bangsa ini belum kalah.

Bahwa selama ada Makmur Hendrik, Rizal Tanjung, Andrea C Tamsin, Fauzul el Nurca, dan para penyair lainnya, kita masih punya jalan pulang.

Pulang ke akar. Pulang ke cahaya. Pulang ke kata.

Dan pada akhirnya, ke rumah yang bernama: Indonesia.

Padang, Sumatera Barat, 2025

 

Rizal Tanjung, Seniman/Penyair. (Foto : Zizi)
ShareTweetSendShare
Previous Post

Masjid Taqwa Muhammadiyah Pakandangan Sembelih Sapi Kurban Ketum Kadin Indonesia Anindya N Bakrie Seberat 1/2 Ton

Next Post

Bupati Dharmasraya Annisa Ikut Bagikan Daging Sapi Kurban Presiden Prabowo Seberat 1,1 Ton

BeritaTerkait

Zulkarnain: Sulaman Indah Naras, Bisa Bangkitkan Ekonomi Warga
Opini

Zulkarnain: Sulaman Indah Naras, Bisa Bangkitkan Ekonomi Warga

12 Juni 2025
19
AKBP Maymuspi, Paling Cocok Pimpin KONI Padang Pariaman
Opini

AKBP Maymuspi, Paling Cocok Pimpin KONI Padang Pariaman

10 Juni 2025
17
Sakali Aie Gadang, Sakalian Tapian Beranjak: Pergantian Walikota Bukittinggi dan Masa Depan Kebijakan Publik
Opini

Sakali Aie Gadang, Sakalian Tapian Beranjak: Pergantian Walikota Bukittinggi dan Masa Depan Kebijakan Publik

9 Juni 2025
19
Andre Rosiade dan IKM: Rumah Urang Minang atau Kendaraan Politik?
Opini

Andre Rosiade dan IKM: Rumah Urang Minang atau Kendaraan Politik?

24 Mei 2025
24
Jati Diri TNI Antar Generasi
Opini

Jati Diri TNI Antar Generasi

18 Mei 2025
57
Di Balik Pintu Rumah: Menyoal Fantasi Sedarah yang Menyimpang
Opini

Di Balik Pintu Rumah: Menyoal Fantasi Sedarah yang Menyimpang

16 Mei 2025
43
Next Post
Bupati Dharmasraya Annisa Ikut Bagikan Daging Sapi Kurban Presiden Prabowo Seberat 1,1 Ton

Bupati Dharmasraya Annisa Ikut Bagikan Daging Sapi Kurban Presiden Prabowo Seberat 1,1 Ton

Please login to join discussion

Most Viewed Posts

  • Gubernur Sumbar: PSBB Berakhir, Diganti New Normal (35,097)
  • Ranah Minang Berduka, Haji Boy Lestari Dt Palindih Berpulang ke Rahmatullah (34,111)
  • Senin Depan Tidak Juga Cair Bantuan Covid-19, Gubernur Sumbar Dilaporkan ke Presiden (33,360)
  • VCO (Virgin Coconut Oil) Dapat Digunakan sebagai Obat Membunuh Covid-19 (31,129)
  • Heboh, Satu Orang PDP Covid-19 dari Payakumbuh Meninggal di RSAM Bukittinggi (27,752)
  • Tabuik, ‘Perang Karbala’ di Jantung Kota Pariaman (22,105)
  • Pepatah Petitih Minangkabau tentang Kebersamaan Beserta Maknanya (21,893)
  • Sijunjung Jebol, Seluruh Sumbar Zona Merah Covid-19 (21,542)
  • Blaster, Klub Motor Legendaris Kota Padang (21,442)
  • Boy Rafli Amar Dt Rangkayo Basa Termasuk 5 Komjen Calon Kapolri yang Diajukan Kompolnas ke Presiden (21,245)

Berita Lainnya

‘Ajo JKA Pulang Kampuang’

‘Ajo JKA Pulang Kampuang’

20 Februari 2025
74
‘Raja Penyair’ Pinto Janir: Bangun ‘Rumah Budaya’ Bintang 7 di Taman Budaya Sumbar!

‘Raja Penyair’ Pinto Janir: Bangun ‘Rumah Budaya’ Bintang 7 di Taman Budaya Sumbar!

14 Juni 2024
210
‘Sisi Gelap’ DBL Caketum IKA Unand #NoworNever #KitoNanSantiang

‘Sisi Gelap’ DBL Caketum IKA Unand #NoworNever #KitoNanSantiang

30 Juli 2021
418
“75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”: Menyala! Dalmenda dan Ka’bati Ikut Baca Puisi

“75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”: Menyala! Dalmenda dan Ka’bati Ikut Baca Puisi

13 Desember 2024
141
“75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”: Pemprov Sumbar Dukung Upaya Pemajuan Kebudayaan

“75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”: Pemprov Sumbar Dukung Upaya Pemajuan Kebudayaan

5 Januari 2025
60
“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”, Hary: Unand Siap Jadi Episentrum Gerakan Kebudayaan

“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”, Hary: Unand Siap Jadi Episentrum Gerakan Kebudayaan

17 Mei 2025
97
“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”: Unand Menggelegar oleh Puisi

“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”: Unand Menggelegar oleh Puisi

5 Juni 2025
85
“Abrar Yusra and the Ocean of Letters”: A Poetry Collection by Leni Marlina (PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Indonesian Writer of Satu Pena Sumbar, Indonesian Creator of AI Era, FSM, ACC SHILA)

“Abrar Yusra and the Ocean of Letters”: A Poetry Collection by Leni Marlina (PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Indonesian Writer of Satu Pena Sumbar, Indonesian Creator of AI Era, FSM, ACC SHILA)

24 Februari 2025
78
“Abrar Yusra dan Samudera Aksara”: Kumpulan Puisi Leni Marlina (PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA)

“Abrar Yusra dan Samudera Aksara”: Kumpulan Puisi Leni Marlina (PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA)

24 Februari 2025
82

Portal berita forumsumbar.com diterbitkan oleh PT. BANGKA LIMABELAS MULTIMEDIA, merupakan situs berita dari Sumbar.

Kantor : Jl. Bangka No. 15 Wisma Warta Ulak Karang – Padang (25133)

HP / WA : 081275665100

  • Kontak
  • Privacy Policy
  • Tim Redaksi

Hak Cipta oleh Forum Sumbar 2022

No Result
View All Result
  • Forum Sumbar
  • homepage
  • Kontak
  • Privacy Policy
  • Tim Redaksi

Hak Cipta oleh Forum Sumbar 2022

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In