• Forum Sumbar
  • homepage
  • Kontak
  • Privacy Policy
  • Tim Redaksi
Kamis, Juni 12, 2025
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Artikel
  • Opini
  • Advertorial
  • Kontak
No Result
View All Result
Forum Sumbar
  • Home
  • Berita
  • Artikel
  • Opini
  • Advertorial
  • Kontak
No Result
View All Result
Forum Sumbar
No Result
View All Result

Kondisi Otonomi Daerah Kini

26 April 2025
in Opini
Reading Time: 3min read
Views: 159
Djohermansyah Djohan, Guru Besar IPDN / Dirjen Otda Kemendagri 2010-2014. (Foto : Dok)

Oleh: Djohermansyah Djohan
(Guru Besar IPDN / Dirjen Otda Kemendagri 2010-2014)

TANGGAL 25 April kemaren kita memperingati hari otonomi daerah yang ke 29. Pemerintah memusatkan perayaannya di Balikpapan dengan inspektur upacara Arya Bima, Wakil Menteri Dalam Negeri.

Tapi, sebenarnya yang penting bukanlah seremoninya, melainkan evaluasinya.

Lihat Juga

Zulkarnain: Sulaman Indah Naras, Bisa Bangkitkan Ekonomi Warga

Zulkarnain: Sulaman Indah Naras, Bisa Bangkitkan Ekonomi Warga

12 Juni 2025
19
AKBP Maymuspi, Paling Cocok Pimpin KONI Padang Pariaman

AKBP Maymuspi, Paling Cocok Pimpin KONI Padang Pariaman

10 Juni 2025
17
Sakali Aie Gadang, Sakalian Tapian Beranjak: Pergantian Walikota Bukittinggi dan Masa Depan Kebijakan Publik

Sakali Aie Gadang, Sakalian Tapian Beranjak: Pergantian Walikota Bukittinggi dan Masa Depan Kebijakan Publik

9 Juni 2025
19

Bagaimana kondisi otonomi daerah kini, apakah tambah maju, jalan di tempat, atau bahkan mundur?

Dari berbagai fenomena pemerintahan yang terjadi selama seperempat abad ini, tampak otonomi daerah yang diamanahkan oleh gerakan reformasi 1998 tidak baik-baik saja kondisinya. Cenderung mundur.

Timbul re-sentralisasi dan de-otonomisasi. Terjadi penarikan berbagai kewenangan sektoral oleh pemerintah pusat, antara lain di bidang kehutanan, pertambangan, kelautan dan perikanan, perumahan, dan aneka perizinan.

Padahal kewenangan itu adalah rohnya otonomi daerah. Tanpa wewenang yang cukup, pemda tidak dapat mengurus kepentingan masyarakat dengan baik, melaksanakan pelayanan publik, dan mempercepat pembangunan.

Aktor pemerintahan kita di pusat agaknya kurang ikhlas melepas kewenangan kepada daerah. Tentu ada alasannya. Salah satunya adalah, karena pemda tak mengurus kewenangan itu dengan baik.

Menyalahgunakan perizinan kehutanan dan pertambangan misalnya, sehingga mengakibatkan rusaknya lingkungan. Jual beli perizinan ini terjadi gara-gara kepala daerah perlu modal untuk maju pilkada.

Selain itu, di bidang keuangan daerah, timbul pula ketidakadilan fiskal dan makin ketatnya pengendalian pusat. Daerah “by law” ditugaskan mengurus 32 urusan pemerintahan seperti pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum, namun dana transfer ke daerah (546 daerah otonom) hanya sekitar sepertiga saja dari APBN. Padahal jumlah ASN yang bekerja di Pemda hampir mencapai 80 % dari total ASN kita.

Di banyak negara praktiknya separuh lebih “state budget” dialokasikan kepada daerah otonomnya. Di negara kita tak terjadi, karena anggaran besar diperlukan guna membiayai birokrasi pusat yang gemuk.

Uang daerah dari transfer pusat yang terbatas itu memang bisa ditambah dengan menggali PAD (pendapatan asli daerah). Sayangnya, hanya daerah kaya yang bisa punya PAD tinggi, seperti DKI Jakarta, Kabupaten Badung di Bali, dan Kota Tangerang Selatan di Banten.

Banyak daerah PAD-nya pas-pasan, untuk membiayai anggota DPRD saja sudah habis. Jangan heran, kalau banyak daerah kita jalannya pada rusak, sekolah roboh, dan jembatan gantung di desa ambruk tak terbangun, gara-gara uangnya sudah tak ada.

Visi dan aneka misi yang dijanjikan kepala daerah waktu kampanye bisa dipastikan tak terdukung pembiayaannya oleh APBD.

Di tengah-tengah kempesnya kantong daerah, celakanya pemerintah pusat secara mendadak melakukan efisiensi yang berdampak terhadap daerah.

Tahun ini sekitar 50 triliiun dana transfer ke daerah dibatalkan. Alhasil rencana perbaikan jalan daerah misalnya, gagal dijalankan. Dalam kondisi keuangan daerah yang “ngos-ngosan” itu, pusat masih tega meminta daerah membantu mengongkosi program-programnya, misalnya yang paling anyar “koperasi desa merah putih”.

Bahkan, pembangunan fisik kantor instansi pusat di daerah tak segan-segan diminta pemda membangunkannya. Kepala daerah tentu jadi “pening” kepalanya. Dibantu susah, tak dibantu susah.

Terkait pengendalian, dana transfer ke daerah yang relatif tak mencukupi itu, dipatok pula oleh pusat penggunaannya. Maka, dana DAU (block grant), sekarang rasa DAK (spesific grant). Semua penggunaannya harus sesuai petunjuk pusat. Begitu pula penata-usahaan keuangan daerah diseragamkan lewat SIPD (sistem informasi pemerintahan daerah) yang kaku dan dikelola pusat.

Dalam bidang kepegawaian, pusat tidak saja mengelola penerimaan ASN, tapi kini juga sedang dibuat aturan lewat revisi UU ASN, semua pejabat eselon I dan II di daerah-daerah mutasinya menjadi kewenangan pusat, tidak lagi di tangan kepala daerah. Artinya, pejabat pembina kepegawaian bukan lagi kepala daerah tapi langsung presiden.

Menyangkut pembuatan produk hukum daerah (perda dan perkada), daerah-daerah tidak mandiri dalam menyusunnya, karena harus berkonsultasi dan perda-perda terkait pajak dan retribusi mesti dengan persetujuan pusat. Akibatnya, waktu pembuatan bisa menjadi lama dan ongkos konsultasi daerah ke pusat pun cukup besar.

Begitulah kondisi otonomi daerah kita kini yang kian merana. Makin sentralistik. Keadaan itu diperparah oleh mayoritas aktor pemerintahan lokal kita yang tak amanah mengelola pemda, dan berperilaku koruptif pula.

Dalam tempo 20 tahun ini, sudah lebih dari 400 orang kepala daerah dan wakil kepala daerah yang kena kasus hukum. Mereka cenderung pragmatis, jalankan saja apa adanya. Miskin inovasi dan tak ada kreasi.

Birokrasi di daerah juga dipaksa untuk tidak netral dalam pilkada, dan diintervensi dalam menjalankan administrasi. Untuk ini obatnya, memang hanya lewat perbaikan sistem pilkada. Jangan lagi seragam, tapi asimetrik. Ada yang langsung, tak langsung, dan diangkat saja. Begitu pula wakil, ada daerah yang wakil kepala daerahnya tiga, dua, satu, dan nol. Mereka tak dipilih berpasangan tapi diangkat saja oleh kepala daerah terpilih (sistem mono-eksekutif).

Pada hari ultah otonomi daerah ini, seiring dengan naiknya pemerintahan baru Presiden Prabowo, mendesak dilakukan revisi UU Pemda No 23 Tahun 2014 yang sudah berusia satu dasawarsa lebih.

Hal-hal pokok yang perlu diperbaiki adalah: merapikan susunan pemda kita, membenahi pembagian urusan pemerintahan, memperjelas pembentukan daerah otonom, menguatkan fiskal daerah, menata kepegawaian pemda, mengefisienkan pembentukan produk hukum daerah, dan menyempurnakan sistem pembinaan serta pengawasan.

Dengan ikhtiar itu, semoga nasib otonomi daerah kita bisa lebih baik ke depan. *)

ShareTweetSendShare
Previous Post

Gubernur Sumbar Puji Edi Dharma, Sebagai Pjs Bupati Pasaman Sukses Kawal PSU Pilkada

Next Post

Sah, Ranperda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Menjadi Perda

BeritaTerkait

Zulkarnain: Sulaman Indah Naras, Bisa Bangkitkan Ekonomi Warga
Opini

Zulkarnain: Sulaman Indah Naras, Bisa Bangkitkan Ekonomi Warga

12 Juni 2025
19
AKBP Maymuspi, Paling Cocok Pimpin KONI Padang Pariaman
Opini

AKBP Maymuspi, Paling Cocok Pimpin KONI Padang Pariaman

10 Juni 2025
17
Sakali Aie Gadang, Sakalian Tapian Beranjak: Pergantian Walikota Bukittinggi dan Masa Depan Kebijakan Publik
Opini

Sakali Aie Gadang, Sakalian Tapian Beranjak: Pergantian Walikota Bukittinggi dan Masa Depan Kebijakan Publik

9 Juni 2025
19
78 Tahun Makmur Hendrik dan Para Maestro Pembaca Puisi: Panggung Cahaya di Balairung Andalas
Opini

78 Tahun Makmur Hendrik dan Para Maestro Pembaca Puisi: Panggung Cahaya di Balairung Andalas

8 Juni 2025
88
Andre Rosiade dan IKM: Rumah Urang Minang atau Kendaraan Politik?
Opini

Andre Rosiade dan IKM: Rumah Urang Minang atau Kendaraan Politik?

24 Mei 2025
24
Jati Diri TNI Antar Generasi
Opini

Jati Diri TNI Antar Generasi

18 Mei 2025
57
Next Post
Sah, Ranperda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Menjadi Perda

Sah, Ranperda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Menjadi Perda

Most Viewed Posts

  • Gubernur Sumbar: PSBB Berakhir, Diganti New Normal (35,097)
  • Ranah Minang Berduka, Haji Boy Lestari Dt Palindih Berpulang ke Rahmatullah (34,111)
  • Senin Depan Tidak Juga Cair Bantuan Covid-19, Gubernur Sumbar Dilaporkan ke Presiden (33,360)
  • VCO (Virgin Coconut Oil) Dapat Digunakan sebagai Obat Membunuh Covid-19 (31,130)
  • Heboh, Satu Orang PDP Covid-19 dari Payakumbuh Meninggal di RSAM Bukittinggi (27,752)
  • Tabuik, ‘Perang Karbala’ di Jantung Kota Pariaman (22,105)
  • Pepatah Petitih Minangkabau tentang Kebersamaan Beserta Maknanya (21,897)
  • Sijunjung Jebol, Seluruh Sumbar Zona Merah Covid-19 (21,542)
  • Blaster, Klub Motor Legendaris Kota Padang (21,443)
  • Boy Rafli Amar Dt Rangkayo Basa Termasuk 5 Komjen Calon Kapolri yang Diajukan Kompolnas ke Presiden (21,245)

Berita Lainnya

‘Ajo JKA Pulang Kampuang’

‘Ajo JKA Pulang Kampuang’

20 Februari 2025
74
‘Raja Penyair’ Pinto Janir: Bangun ‘Rumah Budaya’ Bintang 7 di Taman Budaya Sumbar!

‘Raja Penyair’ Pinto Janir: Bangun ‘Rumah Budaya’ Bintang 7 di Taman Budaya Sumbar!

14 Juni 2024
210
‘Sisi Gelap’ DBL Caketum IKA Unand #NoworNever #KitoNanSantiang

‘Sisi Gelap’ DBL Caketum IKA Unand #NoworNever #KitoNanSantiang

30 Juli 2021
418
“75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”: Menyala! Dalmenda dan Ka’bati Ikut Baca Puisi

“75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”: Menyala! Dalmenda dan Ka’bati Ikut Baca Puisi

13 Desember 2024
141
“75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”: Pemprov Sumbar Dukung Upaya Pemajuan Kebudayaan

“75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”: Pemprov Sumbar Dukung Upaya Pemajuan Kebudayaan

5 Januari 2025
60
“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”, Hary: Unand Siap Jadi Episentrum Gerakan Kebudayaan

“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”, Hary: Unand Siap Jadi Episentrum Gerakan Kebudayaan

17 Mei 2025
97
“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”: Unand Menggelegar oleh Puisi

“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”: Unand Menggelegar oleh Puisi

5 Juni 2025
85
“Abrar Yusra and the Ocean of Letters”: A Poetry Collection by Leni Marlina (PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Indonesian Writer of Satu Pena Sumbar, Indonesian Creator of AI Era, FSM, ACC SHILA)

“Abrar Yusra and the Ocean of Letters”: A Poetry Collection by Leni Marlina (PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Indonesian Writer of Satu Pena Sumbar, Indonesian Creator of AI Era, FSM, ACC SHILA)

24 Februari 2025
78
“Abrar Yusra dan Samudera Aksara”: Kumpulan Puisi Leni Marlina (PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA)

“Abrar Yusra dan Samudera Aksara”: Kumpulan Puisi Leni Marlina (PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA)

24 Februari 2025
82

Portal berita forumsumbar.com diterbitkan oleh PT. BANGKA LIMABELAS MULTIMEDIA, merupakan situs berita dari Sumbar.

Kantor : Jl. Bangka No. 15 Wisma Warta Ulak Karang – Padang (25133)

HP / WA : 081275665100

  • Kontak
  • Privacy Policy
  • Tim Redaksi

Hak Cipta oleh Forum Sumbar 2022

No Result
View All Result
  • Forum Sumbar
  • homepage
  • Kontak
  • Privacy Policy
  • Tim Redaksi

Hak Cipta oleh Forum Sumbar 2022

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In