Oleh: Wiztian Yoetri
(Wartawan Senior)
MEMIMPIN Kabupaten Padang Pariaman, selama sepuluh tahun, tahun 2000 hingga 2010, Bupati Drs Haji Muslim Kasim Datuk Sinaro Basa, Ak telah mencatatkan warisan, berupa Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Kantor Bupati Padang Pariaman di Parik Malintang, serta Embarkasi Haji di Kecamatan Batang Anai.
“Ini merupakan prestasi luar biasa, Kabupaten Padang Pariaman di bawah kepemimpinan Muslim Kasim. Sekaligus menjadi warisan untuk masyarakat Padang Pariaman,” ujar salah seorang tokoh masyarakat Padang Pariaman, Bahrum Hikmah Rangkayo Rajo Sampono kepada wartawan.
Mengenang kepemimpinan Muslim Kasim, selama sepuluh tahun, tahun 2000 hingga 2010, Rangkayo menilai sebagai babak pembangunan baru Padang Pariaman pasca Bupati Nasrul Syahrun memimpin Padang Pariaman.
Muslim Kasim, adalah tokoh perantau Piaman yang pulang kampung, pengabdiannya mirip dengan gaya kepemimpinan Anas Malik. “Saya tahu persis, bagaimana energiknya seorang Muslim Kasim dalam memimpin, dan saya ikut serta mendampingi beliau dalam perjuangan pembangunan Bandara BIM di kawasan Talao Mundam. Ketika itu Menteri Perhubungan Jenderal Agum Gumelar,” ujar Rangkayo Sampono.
Begitu pun untuk pembangunan Embarkasi Haji, di Kecamatan Batang Anai, Bupati Muslim Kasim betul-betul menguras tenaga dan fikiran nya. Bupati MK berhasil menggiring Embarkasi dari kota Padang ke Padang Pariaman. Sampai proses peletakan batu pertama Embarkasi haji, di tangan bupati Ali Mukhni.
Selanjutnya, karya monumental Bupati Muslim Kasim adalah pembangunan Kantor Bupati Padang Pariaman di Parik Malintang. Seperti diketahui, sesuai Peraturan Pemerintah nomor 79 tahun 2008, terjadi pemindahan ibukota kabupaten, dari Pariaman ke Parik Malintang.
Bupati Padang Pariaman yang juga punya karya besar adalah Ali Mukhni. Memimpin Padang Pariaman selama sepuluh tahun 2010-2021, Ali Mukhni tercatat sebagai Bupati yang jago lobby dan gigih.
Di tangan Ali Mukhni, peletakan batu pertama, pembangunan asrama dan Embarkasi haji di Sungai Buluah. Beliau sampai “tertidur” di ruang tunggu Menteri Agama, karena menunggu Menag, untuk urusan Embarkasi haji ini sampai larut malam.
Selain Embarkasi haji, karya Ali Mukhni adalah pembangunan Poltekpel di Pantai Tiram, sebuah perjuangan yang luarbiasa dilakukan, untuk sekolah yang bertaraf nasional, dan satu-satunya di Pulau Sumatera.
Karya lain, Ali Mukhni, dengan menghadirkan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia yang berlokasi di Sintuak Toboh Gadang.
Keberadaan sekolah bertaraf internasional itu, sempat diperebutkan beberapa daerah, seperti Dharmasraya dan Pesisir Selatan. Namun, akhirnya berkat lobby dan kegigihan Ali Mukhni, MAN berdiri di Padang Pariaman. Dan hari ini, MAN Insan Cendekia tercatat sebagai salah satu sekolah terbaik di Sumatera Barat.
Sesuatu yang tidak bisa dilupakan, adalah peninggalan monumental Ali Mukhni, yakni kawasan pendidikan Tarokcity. Berdiri di atas areal tanah 650 hektar, Ali Mukhni punya mimpi, Tarokcity sebagai pusat pendidikan terbesar di Sumatera Barat. Sayang, pasca Ali Mukhni, kegiatan pembanguan Tarokcity melambat, bahkan kurang diperhatikan. Hanya ISI yang baru membangun, sedangkan untuk rencana pembangunan kampus UNP masih tertunda.
Dan, suatu hal yang tidak dilupakan adalah keberadaan pembangunan Stadion Sumbar di Lubuk Alung. Hadirnya stadion itu, juga berkat kegigihan Ali Mukhni, yang bekas pemain sepakbola itu. Ali dengan dukungan masyarakat menyediakan tanah untuk lokasi stadion yang berkelas internasional, yang kini masih dalam tahap penyempurnaan.
“Itulah karya, dan warisan dua, bupati yang telah berbuat terbaik untuk Padang Pariaman. Dan, tercatat sebagai sejarah dalam perjalanan Kabupaten Padang Pariaman. Kita, rindu dengan kehadiran pemimpin yang gigih dan senantiasa gelisah untuk kemajuan Padang Pariaman. Semoga Pilkada 2024, mampu menjawab kehadiran pemimpin yang memberikan solusi, bukan sekedar berjanji,” ungkap Inyiak Rajo Sampono penuh harap. *)