
Oleh: Fajri Frayoga
(Mahasiswa Jurusan Sastra Minangakabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
MINANGKABAU adalah suku yang kaya akan adat, budaya, dan bahasanya. Setiap daerah di Minangkabau mempunyai dialek bahasanya tersendiri. Bahasa Minangkabau yang umumnya digunakan di ibukota provinsi yaitu Kota Padang dinamakan dengan bahasa Minangkabau Standar. Sedangkan bahasa yang digunakan setiap daerah di Ninangkabau yang berbeda – beda disebut dialek.
Pada artikel ini penulis akan memaparkan beberapa dialek bahasa Minangkabau yang digunakan di tempat tinggal penulis.
Berikut ini dialek bahasa Minangkabau yang terdapat di Kampung Panas, Nagari Tandikek Barat, Kabupaten Padang Pariaman.
1. Alie
Elok – elok jalan e alie tu mah.
Makna kata alie dalam kalimat di atas adalah licin. Di Kampung Panas kata ini sering digunakan untuk memperingatkan atau memberitahukan kepada seseorang bahwa jalan atau benda yang basah dan licin yang bisa menyebabkan seseorang terjatuh.
Dalam bahasa Minangkabau standar yaitu Kota Padang sebagai ibukota provinsi Sumatera Barat orang lebih sering menggunakan kata “licin”.
2. Cipie/Pinggan
Basuah lah cipie tu lai Fajri!.
Basuah lah pinggan tu lai Fajri!.
Makna kata cipie/pinggan dalam kalimat di atas adalah piring. Di Kampung Panas kata ini sering digunakan untuk menunjukkan benda yang digunakan sebagai wadah untuk makan yang terbuat dari kaca atau keramik, kalau yang terbuat dari plastik sering disebut “pinggan karah”.
Dalam bahasa Minangkabau standar yaitu Kota Padang sebagai ibukota provinsi Sumatera Barat orang lebih sering menggunakan kata “piriang”.
3. Loteang
A lo lah nan babunyi ateh loteang ko a.
Makna kata loteang dalam kalimat di atas adalah sedikit ruangan yang terdapat di atas rumah. Di Kampung Panas kata ini sering digunakan jika ada yang berbunyi di atas rumah seperti tikus ataupun orang ingin menunjukkan bagian rumahnya kepada seseorang.
Dalam bahasa Minangkabau standar yaitu Kota Padang sebagai ibukota provinsi Sumatera Barat orang lebih sering menggunakan kata “atok”.
4. Galaih
Atakkan galaih kumuah ko kalakang ji.
Makna kata galaih dalam kalimat di atas adalah gelas. Di Kampung Panas orang menggunakan kata galaih untuk benda yang digunakan untuk minum sedangkan galeh digunakan untuk menunjukkan jualan atau dagangan.
Dalam bahasa Minangkabau standar yaitu Kota Padang sebagai ibukota provinsi Sumatera Barat orang lebih sering menggunakan kata “galeh”.
5. Lunau
Dari ma ang tadi ko balunau kaki ang a.
Makna kata lunau dalam kalimat diatas adalah lumpur. Di Kampung Panas orang menggunakan kata lunau jika ada jalan yang berlumpur atau orang yang bergelimang dengan lumpur.
Dalam bahasa Minangkabau standar yaitu Kota Padang sebagai ibukota provinsi Sumatera Barat orang lebih sering menggunakan kata “luluak”.
6. Badie
Bisuak bali badie ka balai mak dih.
Makna kata badie dalam kalimat di atas adalah pistol. Di Kampung Panas tradisinya pada saat lebaran anak-anak pergi pasar untuk membeli pistol mainan. Tradisi barayo di Kampung Panas masih tetap ada sampai sekarang. Barayo itu adalah jika ada pemuda di Kampung Panas yang menikah di tahun itu dan ia harus memberitahukan ketua pemuda di kampung dan nantinya akan ada rombongan anak- anak dan pemimpin kampung yang pergi barayo ke rumah istri dari pemuda tersebut untuk makan nasi dan soto yang sudah disediakan di rumah itu.
Dalam bahasa Minangkabau standar yaitu Kota Padang sebagai ibukota provinsi Sumatera Barat orang lebih sering menggunakan kata “tembak”.
7. Anciak
Anciak na badan asoe pai ka sawah ko.
Makna kata anciak dalam kalimat di atas adalah malas. Di Kampung Panas orang akan sering menggunakan kata ini kepada dirinya sendiri jika ia malas melakukan sesuatu dan kata ini juga digunakan jika ia menolak ajakan atau perintah orang lain.
Dalam bahasa Minangkabau standar yaitu Kota Padang sebagai ibukota provinsi Sumatera Barat orang lebih sering menggunakan kata “maleh”.
8. Dama
Bali minyak tanah untuak dama ko lah.
Makna kata dama dalam kalimat ini adalah pelita/lampu.
Di Kampung Panas biasanya dama ini digunakan jaman dulu sebelum adanya listrik atau saat mati lampu. Bahan bakarnya dari minyak tanah dan biasanya cukup tahan lama.
Dalam bahasa Minangkabau standar yaitu Kota Padang sebagai ibukota provinsi Sumatera Barat orang lebih sering menggunakan kata “lampu togok“.
9. Pato
Carian pato ciek ji sipaku ko lungga a.
Makna kata pato dalam kalimat ini adalah palu. Di Kampung Panas pato ini digunakan sebagai alat pemukul jika ingin membuat suatu bangunan seperti kandang ayam atau sejenisnya yang menggunakan paku sebagai penghubung antar kayunya.
Dalam bahasa Minangkabau standar yaitu Kota Padang sebagai ibukota provinsi Sumatera Barat orang lebih sering menggunakan kata “panokok”.
10. Kodah
Kodah na ang ko maludah sumbarang jo.
Makna kata kodah dalam kalimat ini adalah kotor/kumuh.
Tetapi kata ini diungkapkan kepada sifat seseorang yang jorok bukan untuk suatu tempat yang kotor/kumuh.
Dalam bahasa Minangkabau standar yaitu Kota Padang sebagai ibukota provinsi Sumatera Barat orang lebih sering menggunakan kata “kumuah”.
Itulah beberapa dialek bahasa Minangkabau yang ada di tempat tinggal penulis. Bagaimana dengan tempat tinggalmu? Apakah ada kesamaan atau bahkan jauh berbeda? *)