
Oleh: Annisa azzahra
MINANGKABAU merupakan salah satu suku di Indonesia yang menganut sistem kekerabatan matrilineal atau sistem kekerabatan menurut garis ibu.
Pemimpin dalam sistem matrilineal ini yaitu mamak atau paman yang merupakan kakak atau adik laki-laki dari ibu.
Dalam rumah mamak biasa disebut juga sebagai tungganai. Sedangkan pemimpin dalam suatu kaum atau suku yaitu penghulu.
Penghulu tersebut dipilih oleh kaumnya yang dianggap mampu untuk memimpin juga berada dalam garis keturunan yang tepat.
Seorang penghulu diangkat atau dinobatkan dalam suatu upacara adat, yang dinamakan upacara batagak gala atau batagak panghulu.
Dalam upacara ini pakaian adat digunakan baik para niniek mamak yang sudah bergelar maupun bagi yang mau akan diangkat sebagai penghulu baru pada upacara tersebut.
Pakaian penghulu sebagai benda budaya yang lebih dekat kepada pemahaman filosofi masyarakat ada. Oleh karena itu pakaian penghulu dalam struktur terdiri dari :

1. Deta bakaruik yang berwarna hitam, memiliki panjang antara 4-5 harta. Sebagai simbol bahwa penghulu memiliki wawasan yang luas. Lebar deta dapat di ibarat sebagai dinding kampung, pendukung anak kamanakan dan sebagai pelindung gonjong nan ampek.
2. Baju hitam, pada lengannya lebar dan pada bagian badannya lapang yang mana tidak mempunyai buah baju juga tidak memakai saku (kantung) ujung dan samping dari lengan juga badan baju diberi benang emas.
Makna dari warna baju penghulu mengisyaratkan tahan hati dalam menjalankan tugas, warna kuning yang terdapat pada bagian minsia merupakan makna penjaga masyarakat adat di Minangkabau yang diibaratkan sebagai manti dan dubalang penghulu.
3. Kain samping (sarung) menggunakan kain songket yang berwarna merahan dan berkilau.
Makna estetika kain ini yaitu makna miskin hati (yang berlandaskan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah) di atas yang benar, mengizinkan tindakan kebaikan.
4. Cawek atau ikat pinggang, yang memiliki jambul pada bagian ujungnya. Motif yang terdapat dalam cawek ini sirangkak dan pucuak rabuang yang fungsi sebagai simbol cerminan kecakapan penghulu yang sanggup mengikat anak kemenakan secara halus dalam menegakkan masyarakat Minangkabau.
Bukan itu saja bisa menyadarkan ke jalan yang benar dengan tidak menyinggung perasaan.
Maknanya sebagai peranan penghulu yang dapat mengokohkan ikatan batin dengan anak kemenakannya yang melalui akal dan budi.
5. Keris, yang disisipkan pada pinggang bagian muka dan dicondongkan ke kiri. Keris Minangkabau ini yang aslinya terdapat bengkok-bengkokkan atau mempunyai alur dari pangkal hingga ke pertengahan matanya.
Yang bermakna penghulu ialah tempat bertumpu oleh anak kamanakannya, tempat mengadu segala permasalahan yang dihadapi.
6. Kain sandang atau kain salendang yang berwarna merah ataupun kuning.
7. Celana yang berwarna hitam juga memiliki ukuran lebar atau lapang di bagian kaki.
Makna ukuran yang lebar yaitu kebebasan dalam melangkah untuk mengunjungi segala panggilan yang patut untuk dituruti.
8. Tongkat yang terbuat dari kayu dengan bagian kepada dibaluti perak, dengan keadaan yang lurus dari ujung sampai kepangkalnya, ada juga yang diulas dengan tanduk.
Bermakna mempertahankan adat dan lembaga serta kepenghuluannya agar selama menjunjung Pangkat penghulu, jangan sampai tercela dan memiliki kewibawaan yang dijunjung tinggi oleh anak kamanakannya juga orang dalam nagari.
Dari pakaian yang di pakai oleh penghulu terdapat banyak makna di setiap komponennya. Sebagaimana penghulu yang dapat berlaku adil terhadap kemanakan dan masyarakatnya.
Pada makna pakaian itu semoga selalu terpakaikan oleh para penghulu sesuai dengan pepatah yaitu adat tak lakang dek paneh, tak lapuak dek hujan. *)
Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas























