
Oleh: Leni Marlina
MAHAKARYA Randai III Siti Manggopoh, yang diselenggarakan oleh Yayasan Sumbar Talenta dan Gerakan Mudo Minang (GEMUMI), berhasil memukau penonton selama dua setengah jam di Teater Gedung Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Sabtu malam (11 Januari 2025).
Dimulai pukul 19.30 WIB, pertunjukan ini mengisahkan perjuangan heroik Siti Manggopoh, seorang tokoh perempuan Minangkabau yang memimpin rakyat melawan kebijakan pajak (belasting) kolonial Belanda pada 1908.
Dengan sentuhan seni tradisi Minangkabau yang autentik, acara ini berhasil mendapatkan apresiasi luar biasa dari penonton yang hadir, termasuk para tokoh penting seperti Kepala BPSDM Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Sugeng Haryono, perwakilan Duta Besar Indonesia untuk Kuwait Raden Muhammad Arif, Bupati Agam Dr Andri Warman, Penasehat Ikatan Keluarga Srikandi Manggopoh (IKSM) Jakarta Dr dr Hj Aragar Putri Deli, MRDM, SpKKLP, serta anggota DPRD Sumbar Ridwan Datuak Tumbijo yang juga Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Manggopoh.
Kisah Heroik Siti Manggopoh: Simbol Perlawanan Perempuan Minangkabau
Siti Manggopoh adalah perempuan pemberani dari Nagari Manggopoh, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, yang menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan penjajahan Belanda. Peristiwa heroik yang dikenal sebagai Perang Belasting bermula dari kebijakan pajak yang diberlakukan Belanda, yang memberatkan rakyat kecil dan merampas hak-hak mereka.
Sebagai seorang perempuan dengan kecerdasan dan keberanian luar biasa, Siti tidak tinggal diam. Bersama para pemimpin lokal lainnya, ia memobilisasi rakyat untuk melawan penjajah. Strategi yang direncanakan dengan matang berujung pada serangan besar terhadap pasukan Belanda pada tahun 1908.
Namun, perjuangannya tidak mudah. Setelah melakukan perlawanan yang menginspirasi banyak orang, Siti ditangkap oleh Belanda. Suaminya diasingkan ke Manado, dan ia sendiri harus menghadapi penderitaan fisik dan emosional yang mendalam. Meski demikian, semangat dan pengaruh perjuangannya tetap hidup hingga kini, menjadi warisan yang terus dikenang oleh masyarakat Minangkabau dan Indonesia.
Arti Perjuangan Siti Manggopoh untuk Perempuan Indonesia dan Tanah Air
Kisah Siti Manggopoh melampaui sekadar sejarah lokal. Ia adalah simbol keberanian dan ketangguhan perempuan Indonesia yang mampu melawan ketidakadilan, bahkan dalam kondisi yang penuh keterbatasan.
Dalam konteks saat ini, perjuangan Siti menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia untuk terus berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan, baik di bidang politik, sosial, budaya, maupun ekonomi. Ia menunjukkan bahwa perempuan memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin yang visioner dan penggerak perubahan, meskipun menghadapi tantangan struktural yang signifikan.
Kisah perjuangannya juga mengingatkan kita akan pentingnya keadilan sosial dan perlindungan hak-hak masyarakat kecil. Sebagai bangsa, nilai-nilai ini harus terus dijunjung tinggi agar kita tidak melupakan perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan segalanya untuk masa depan yang lebih baik.
Kisah Heroik Siti Manggopoh dalam Puisi: Inspirasi Abadi Perempuan Pejuang
Selain tercatat dalam buku-buku sejarah Indonesia, nama Siti Manggopoh juga diabadikan melalui karya sastra, khususnya dalam bentuk puisi. Sosok perempuan tangguh ini terus menjadi inspirasi bagi banyak penulis dan seniman, termasuk dalam dua puisi terbaru yang menggambarkan kepahlawanannya dengan penuh kekuatan dan keindahan.
Puisi “Siti Manggopoh: Perempuan Pejuang Tangguh” karya Leni Marlina, yang diterbitkan pada tahun 2024 di media Forum Sumbar.Com, mengangkat keberanian Siti sebagai simbol perjuangan melawan penjajahan. Leni Marlina, seorang penulis dan pendidik, dengan penuh empati dan kedalaman emosional, menggambarkan ketangguhan Siti yang tetap hidup dalam ingatan sejarah bangsa.
Sementara itu, puisi “Rinduku Pada Mande Siti Manggopoh” karya Wisye Paula Deja, yang diterbitkan pada tahun 2025 di media Suara Anak Negeri News.Com, menyajikan sisi lain dari Siti Manggopoh sebagai seorang ibu bangsa yang dirindukan. Melalui bait-bait yang penuh rindu dan penghormatan, puisi ini menekankan peran Siti sebagai simbol cinta dan pengorbanan bagi tanah kelahirannya.
Kedua penulis puisi ini, selain dikenal sebagai anggota komunitas penulis Satu Pena, anggota Komunitas Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat (PPIPM-Indonesia), juga merupakan anggota aktif Forum Siti Manggopoh, sebuah wadah yang bertujuan untuk melestarikan dan mempromosikan nilai-nilai perjuangan Siti Manggopoh melalui karya seni dan literasi. Melalui puisi-puisi ini, kisah perjuangan Siti Manggopoh tidak hanya tetap relevan dalam konteks sejarah, tetapi juga terus menggema sebagai sumber inspirasi lintas generasi dan budaya.
Peran Siti Manggopoh terhadap Arti Kekuatan Perempuan
Siti Manggopoh tidak hanya dikenal sebagai pejuang, tetapi juga sebagai simbol kekuatan perempuan yang tangguh dan penuh cinta kasih terhadap rakyatnya. Ia menunjukkan bagaimana seorang perempuan mampu mengambil peran strategis dalam perjuangan, memimpin rakyat dengan keberanian dan kebijaksanaan.
Dalam budaya Minangkabau, perempuan memiliki peran sentral, terutama dalam struktur adat matrilineal. Namun, Siti melampaui peran tradisional tersebut dengan menjadi pemimpin dalam perlawanan fisik dan simbolis terhadap penjajah. Ia membuktikan bahwa kekuatan perempuan tidak hanya terletak pada kemampuan untuk menjaga tradisi dan keluarga, tetapi juga dalam keberanian untuk melawan ketidakadilan.
Semangat yang ditunjukkan Siti Manggopoh adalah refleksi dari kekuatan perempuan Minangkabau yang terkenal mandiri, berdaya, dan tangguh. Perjuangannya menginspirasi generasi berikutnya untuk terus memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan, tidak hanya di Sumatra Barat tetapi juga di seluruh Indonesia.

Pertunjukan Mahakarya Randai: Perpaduan Seni dan Sejarah
Mahakarya Randai III Siti Manggopoh menjadi medium yang efektif untuk menghidupkan kembali sejarah perjuangan rakyat Minangkabau melalui seni tradisi. Dengan melibatkan 100 pemain—50 pemain inti dan 50 pendukung—pertunjukan ini menampilkan berbagai elemen seni, seperti:
* Tari Pasambahan dan Galombang: Sebagai penghormatan kepada penonton dan simbol penerimaan tamu dalam budaya Minang.
* Randai Kreasi dan Dendang Minang: Menampilkan dialog-dialog penuh makna yang menyampaikan kisah perjuangan dengan cara yang menghibur.
* Tari Indang dan Tari Piriang: Melambangkan kerja sama dan keindahan dalam budaya Minang.
* Silat Tradisional: Menggambarkan keberanian dan ketangkasan dalam menghadapi musuh.
Sutradara Joserizal Manua dan Joharsen bersama tim kreatif, termasuk Ketua Acara Agus Siswanto, Pengawas Andha Zulfirman, dan Pengarah Sastri Bakry, berhasil menyajikan pertunjukan yang kaya akan estetika dan penuh emosi. “Persiapan hanya tiga bulan, tetapi semangat seluruh tim membuat hasilnya begitu memuaskan,” ungkap Agus.
Apresiasi Tokoh dan Penonton
Pertunjukan ini mendapat apresiasi luar biasa dari berbagai pihak. Sugeng Haryono, Kepala BPSDM Kemendagri, menilai pertunjukan ini sebagai karya seni yang memiliki nilai edukasi tinggi. “Nilai-nilai yang terkandung dalam pertunjukan ini sangat relevan untuk kehidupan masa kini dan masa depan. Karya seperti ini harus disebarluaskan ke seluruh Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Ridwan Datuak Tumbijo, Ketua KAN Manggopoh, menyatakan bahwa pertunjukan ini adalah penghormatan yang luar biasa terhadap sejarah perjuangan perempuan Minang. “Judulnya saja sudah luar biasa. Mengangkat kisah perjuangan melawan penindasan oleh penjajah kolonial Belanda yang dipimpin oleh seorang perempuan. Ini adalah contoh nyata perjuangan yang heroik dan patut diwariskan kepada generasi mendatang,” katanya.
Penonton lainnya, termasuk Bupati Agam Dr. Andri Warman, juga memuji pertunjukan ini. “Saya merasa sangat bangga bahwa perjuangan Siti Manggopoh bisa diangkat kembali melalui pertunjukan yang memadukan seni dan sejarah,” ungkapnya.
Kesimpulan: Menjaga Warisan Budaya, Membangun Inspirasi untuk Negeri
Mahakarya Randai III Siti Manggopoh bukan sekadar hiburan, tetapi juga pengingat akan pentingnya melestarikan sejarah dan budaya bangsa. Pertunjukan ini membawa pesan mendalam tentang keberanian, keadilan, dan kekuatan perempuan yang melampaui batasan zaman.
Dengan penampilan yang memukau dan pesan yang kuat, pertunjukan ini menjadi salah satu langkah penting dalam memperkenalkan kembali nilai-nilai budaya Minangkabau kepada masyarakat modern. Gedung Perfilman Usmar Ismail yang penuh sesak hingga akhir acara adalah bukti bahwa seni tradisi masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat.
Semoga semangat Siti Manggopoh terus hidup dan menginspirasi generasi berikutnya untuk memperjuangkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Penulir adalah LM – Forum Sumbar; PPIPM-Indonesia; Satu Pena Sumbar.com; FSM, assisted by AI
