![](https://forumsumbar.com/wp-content/uploads/2024/08/Screenshot_20240815_205928_WPS-Office.jpg)
Oleh: Patria Subuh
(Pengamat Sosial)
ENERGI tak terbarukan (Unrenewable energy) dan energi terbarukan (Renewable energy) pada dasarnya adalah dua hal yang saling berlawanan. Perlakuan terhadap kedua jenis energi ini tentu saja berbeda. Banyak orang tidak menyadari bahwa energi tak terbarukan seperti minyak bumi yang dijuluki bahan bakar fosil pada suatu saat akan habis. Sementara energi terbarukan seperti air tawar, air laut, angin atau cahaya matahari masih membutuhkan teknologi canggih untuk bisa dimanfaatkan secara optimal.
Energi Tak Terbarukan
Energi tak terbarukan tak hanya habis dipakai tetapi juga tidak dapat digantikan oleh yang lain. Seperti misal nya minyak bumi, batubara dan gas alam, jenis energi ini tak dapat dibuat sendiri oleh manusia. Jenis energi ini hanya tersedia di lokasi tertentu dan akan habis setelah ditambang sekian lama.
Minyak bumi sebagai salah satu faktor pendukung utama transportasi, misalnya, persediaannya sangat terbatas. Hanya negara-negara tertentu saja yang memiliki deposit dalam jumlah yang cukup besar seperti Amerika Serikat dan Arab Saudi. Diagram di bawah memperlihatkan gambaran dari besaran produksi minyak di 5 negara besar di dunia.
Ranking 5 tertinggi Negara besar produsen minyak dunia Tahun 2023. (sumber:detik.com)
Dari diagram diatas tercatat bahwa pemain utama minyak terbesar di dunia sampai saat ini masih tetap dipegang oleh Amerika Serikat yang menduduki posisi teratas disusul oleh Arab Saudi di posisi kedua. Dan berturut-turut setelah itu, Rusia, Kanada dan China di posisi ke lima.
Data Tahun 2022 menunjukkan bahwa lebih kurang 55 persen dari cadangan minyak dunia berada di Kawasan Timur Tengah. Ini merupakan cerminan betapa pentingnya posisi negara produsen minyak di kawasan itu dalam menunjang percaturan ekonomi global antar negara.
Ekonomi dunia relatif masih sensitif terhadap fluktuasi harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak sedikit saja berdampak signifikan terhadap daya beli dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Belum lagi diikuti oleh hantu inflasi yang senantiasa mengintai-intai mengikuti kenaikan harga minyak. Sementara Teknologi hi-tech yang tidak perlu mengandalkan minyak sebagai energi penunjangnya belum mengglobal dan belum signifikan kontribusinya bagi kemajuan perekonomian dunia.
Oleh karena itu, melalui organisasi OPEC (didirikan September 1960), negara produsen minyak yang tergabung di dalamnya berusaha menjamin harga yang masuk akal dan stabil. Di samping itu juga menjaga negara anggota agar pasokan minyak ke negara konsumen lebih fair dan berkeadilan.
Untuk lebih jelasnya rincian proporsi cadangan minyak antar kawasan di dunia dapat dilihat diagram di bawah ini :
Diagram 1.Proporsi deposit minyak antar berbagai kawasan di dunia. (sumber:databoks.katadata.co.id)
Secara kasat mata terlihat negara-negara di kawasan Timur Tengah berkontribusi sebesar 55.7 % . Itu artinya lebih dari separo – dari 1,5 trilyun barel cadangan terbukti minyak di dunia sesungguhnya berada di Timur Tengah. Dalam artian sedikit saja terjadi pergolakan di kawasan ini, maka akan berdampak krusial terhadap ekonomi dunia secara keseluruhan.
Ada anekdot yang mengatakan bahwa jika minyak bumi di negara-negara produsen minyak terus menerus ditambang secara boros, maka diperkirakan seratus tahun lagi dari sekarang, cadangannya akan segera menipis. Karena itu, negara produsen yang penghasilan utamanya notabene adalah dari minyak, mau tidak mau sudah harus memikirkan secara serius diversifikasi usahanya ke bidang lain.
Di satu sisi, ekonomi negara produsen bisa dipastikan akan menciut bila cadangan minyak buminya habis karena pendapatan negara dari devisa menurun. Jika perusahaan menjadi bangkrut karena tidak ada lagi minyak yang akan ditambang, maka, sejatinya, akan berdampak pada menurunnya kemampuan ekonomi negara dan kesejahteraan rakyatnya. Segala macam kegiatan dan aktivitas yang berkaitan dengan dana / anggaran rutin tentu akan terancam.
Di sisi lain, minimnya pasokan minyak ke negara konsumen menyebabkan melambatnya putaran mesin ekonomi negara bersangkutan karena industri hulu dan hilirnya yang banyak melibatkan pabrik-pabrik, kekurangan bahan bakar untuk menggerakkan industrinya. Dampaknya adalah kelesuan ekonomi, kenaikan harga barang produksi dan PHK besar-besaran.
Peranan energi tak terbarukan terutama minyak bumi sebenarnya tak dapat dilepaskan dari terjadinya Revolusi Industri di Inggris (1760-1840). Pekerjaan yang sebelumnya lebih banyak dilakukan secara manual, meluas ke seluruh negeri menjadi secara mekanis akibat ditemukannya peralatan bermesin, seperti mesin pabrik, mesin pertanian dan mesin yang berkaitan dengan pertambangan.
Para buruh belajar berinteraksi dengan pekerjaan yang tingkat ketergantungannya relatif tinggi pada mesin. Pekerjaan menjadi lebih mudah karena dapat dilakukan secara massal dengan ongkos produksi yang lebih murah. Pekerjaan yang dilakukan sejak dari tahap pra produksi sampai pasca produksi lebih lancar dan lebih cepat dengan sistim distribusi dan transportasi barangnya yang lebih terjamin.
Energi Terbarukan
Energi terbarukan banyak dielu-elukan sebagai energi pengganti yang sangat potensial dikembangkan dengan daya tawar tinggi sebagai alternatif bila suatu saat minyak bumi habis. Tingkat efisiensi dan efektifitas yang tinggi dan bisa dengan mudah di daur ulang kembali merupakan nilai tambah yang relatif menguntungkan bagi penggunanya. Namun pengelolaannya masih relatif sulit dan mahal.
Ketersediaan air tawar dan air laut untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik sudah banyak dikembangkan di mana-mana. Energi berbasis angin terutama dikembangkan di Eropa utara seperti di Belanda, Jerman atau Finlandia. Sedangkan Energi berbasis cahaya matahari sejak dari dulu sudah banyak digunakan antara lain di Amerika, Jepang dan Eropa.
Kebijakan pemerintah dalam pendayagunaan energi terbarukan, salah satunya ditujukan untuk mengurangi dekarbonisasi dan emisi gas rumah kaca. Kebijakan ini salah satunya dibarengi antara lain dengan mengurangi pembangunan pembangkit listrik batubara.
Salah satu cerminan kepedulian pemerintah terhadap energi terbarukan adalah banyaknya dilaksanan pembangunan pembangkit listrik dengan memanfaatkan jenis energi terbarukan, seperti air, panas bumi, bio energi, tenaga surya, tenaga angin dan tenaga hibrida.
Besaran peningkatan kapasitas pembangkit listrik dalam ekosistem energi terbarukan dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
Diagram 2. Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan (PLT EBT) Tahun 2021 (Sumber : renewableenergy. id)
Terlihat dari diagram di atas, energi tenaga air (6.601,9 mW) paling banyak dimanfaatkan daripada tenaga surya (200, 1 mW) atau tenaga angin (154,3 mW). Selain keberadaannya yang melimpah, energi tenaga air lebih mudah membuat, memanfaatkan dan mengelolanya. Selain itu energi ini risiko pencemaran lingkungannya sangat rendah bahkan hampir tanpa risiko.
Kebijakan penggunaan energi yang proporsional dan ramah lingkungan, pada gilirannya akan menyelamatkan lingkungan dari berbagai krisis. Generasi selanjutnya akan mewarisi keberlanjutan pembangunan yang meliputi semua sektor tanpa harus mengeluarkan banyak pengorbanan. Untuk itu perlu kehati-hatian dan kejujuran semua pihak dalam menentukan apa saja jenis energi yang akan dikelola bersama. *)
(Catatan : Disusun dari berbagai sumber)
![](https://forumsumbar.com/wp-content/uploads/2024/08/Screenshot_20240729_115320_Gallery.jpg)