Oleh: Patria Subuh
(Pengamat Sosial)
TERHITUNG sejak pemilu pertama diselenggarakan pada Tahun 1955, ada 4 tipe generasi yang lahir di Indonesia (lihat tabel di bawah). Tiga generasi terakhir, terutama Generasi X yang saat ini dalam periode usia produktifnya, masih malang melintang mengisi kemerdekaan di bumi pertiwi ini.
Sebagian dari Generasi X yang berumur hampir 60 tahun sudah memasuki usia pensiunnya dari dunia kerja. Sedangkan generasi boomers boleh dikatakan hampir seluruhnya sudah merupakan pensiunan yang sudah tidak aktif lagi dalam pekerjaan atau dijuluki sebagai generasi tua.
Berikut tabel Julukan Generasi beserta umurnya;
Dalam rentang waktu tujuh puluh tahun ini, banyak sekali perubahan yang terjadi di bidang ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan terutama teknologi. Dari sisi teknologi, perubahan kemajuan terjadi begitu cepat sehingga terjadi “kesenjangan generasi” dan “gagap teknologi” yang cukup berdampak pada kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi tua (Gen X dan Boomers II).
Sistim otomasi kantor dan online terutama yang berkaitan dengan pelayanan publik seperti rumah sakit, pelayanan pajak, pengurusan KTP, perbankan dan perdagangan sering gonta ganti program menjadi program yang lebih up to date, supaya sesuai dengan tuntutan “zaman now”.
Padahal, bagi generasi tua yang tidak “melek teknologi” tentu saja hal ini cukup membingungkan dan mendatangkan kesulitan dalam berurusan.
Generasi boomers kelahiran tahun 1955 – 1964 yang berusia 60 – 69 tahun, masih hidup dan umumnya sudah memasuki masa pensiun mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman sekarang. Maklumlah, mereka dilahirkan ketika komputer masih merupakan barang langka dan hanya digunakan secara sangat terbatas. Dulu, tidak semua kantor menggunakan komputer di pemerintahan atau pun swasta. Sehingga mereka tidak terbiasa dengan “benda aneh dan ajaib” itu.
Benda yang dinamakan komputer yang digunakan untuk bekerja itu, dulunya berukuran besar dan tidak bisa di bawa ke mana-mana.
Di samping itu, masih memiliki kemampuan terbatas, lebih diatas sedikit daripada kalkulator atau mesin tik. Banyak kendala terjadi dalam penggunaannya karena kurang siap mengoperasikannya.
Generasi X yang kelahiran tahun 1965 – 1980, saat ini berumur antara 44 s/d 59 tahun, pada umumnya berada dalam kelompok masyarakat yang sudah mapan dan matang dari segi kejiwaan.
Kalau pun masih berkiprah di dunia kerja, generasi ini sebagian berada di level CEO (Chief Executive Officer) dari suatu kantor atau perusahaan. Paling tidak, kelompok ini masih merupakan agregat terbanyak yang mengisi level manajerial di suatu perkantoran.
Di dunia pendidikan mereka sedang meniti puncak karirnya menjelang masa pensiun, seperti menjadi, dosen, ketua jurusan, dekan atau bahkan rektor universitas.
Di pemerintahan, sebagian menjadi menteri atau deputi menteri yang merupakan pengambil kebijakan (policy makers) populer yang sering masuk dalam jam tayang televisi.
Sebagian lagi menjadi tokoh publik yang sering diminta komentarnya atas suatu kasus atau peristiwa. Mereka umumnya adalah kelompok pekerja yang sukses dalam berkarir dan memangku jabatan-jabatan publik yang penting dan bersifat strategis.
Dengan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi dari rata-rata, bahkan kadang-kadang merupakan alumni dari universitas terkenal di luar negeri seperti Harvard, John Hopkins, Wharton School, UCLA, atau MIT, mereka berkecimpung pada dunia kerja yang membutuhkan keahlian yang lebih spesifik dan profesional. Kemampuan mengambil keputusan dapat diandalkan dari segi keilmuan.
Generasi ini lebih mudah beradaptasi dengan kemajuan teknologi, karena waktu kuliah dulu mereka sudah mempelajari pengenalan teknologi dan komputer. Pekerjaan kantor yang bersifat otomasi dan online tidak terlalu sulit untuk dipahami oleh mereka.
Percepatan Teknologi Informasi yang tinggi dan kesenjangan pada saat pekerjaan diaplikasikan dapat mereka atasi dengan baik.
Generasi Milenial yang lahir pada tahun 1981 – 1996 yang berumur 28 – 43 tahun saat ini adalah generasi yang lahir ketika TV berwarna, telpon dan komputer sudah merajalela di mana-mana hampir di seluruh belahan dunia.
Ketika internet mulai digunakan oleh umum, mereka adalah generasi pertama yang menjadi “users” dan “programers”nya sekaligus. Generasi ini sudah menggunakan program berbasis “Windows” yang lebih “friendly” dengan slogan “ What you see, What you get” nya yang terkenal itu.
Bahasa pemrograman kuno berbasis DOS (Direct Operating System) seperti “Fortran 77” yang pelik dan rumit itu sudah tidak dikenal lagi oleh generasi ini.
Namun, kalau berada di dunia kerja, hampir sebagian pekerjaan mereka melibatkan penggunaan peralatan dengan sentuhan teknologi canggih seperti notebook, tablet, HP android ,printer bluetooth dan lain-lain.
Generasi ini umumnya memiliki orangtua yang relatif lebih mapan dari sisi ekonomi. Dari sisi jenis pekerjaan yang mereka kuasai, banyak yang melibatkan teknologi informasi dan internet. Teknologi digital merupakan sesuatu yang biasa bagi mereka.
Biasanya mereka menghabiskan waktu berjam-jam dalam sehari hanya untuk berselancar di internet. Lebih gaul dan lebih percaya diri. Namun generasi ini umumnya kurang tertarik dengan dunia politik yang mereka anggap kotor dan membosankan.
Generasi Z yang lahir pada tahun 1997 – 2012 berumur 12 – 27 tahun pada saat ini. Generasi ini sebagian besar masih dalam usia sekolah. Generasi yang dijuluki Zoomers ini, termasuk generasi pertama yang tumbuh dengan internet dan teknologi digital.
Sensus penduduk pada tahun 2020 untuk gen Z tercatat sebesar 27, 94 % dari total penduduk Indonesia.
Generasi ini sebagian besar belum mandiri dan masih berada di bawah pengawasan orangtuanya. Pola hidup, mindset, pengalaman, dan cara berpikirnya secara psikologis belum dapat diandalkan. Secara kejiwaan relatif masih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat negatif dari teknologi.
Kalaupun sebagian sudah memasuki dunia kerja, mereka umumnya berfungsi melakukan pekerjaan yang yang bersifat taktis operasional. Pekerjaan yang lebih banyak mem-backup pekerjaan yang bersifat strategis managerial.
Strata pekerjaan mereka umumnya berada di level staf dari suatu struktur organisasi kerja perkantoran. Namun keberadaan mereka sangat diperlukan karena penguasaan yang tinggi terhadap sistem otomasi kantor. *)