JAKARTA, forumsumbar —Satu lagi bundo kanduang asal Sumbar eksis di pentas nasional. Adalah, Sastri Yunizarti Bakry dikukuhkan sebagai Widyaiswara Ahli Utama oleh Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI Adi Suryanto selaku Ketua Majelis Penguji, Selasa (26/11) di Jakarta.
Jabatan Widyaiswara Ahli Utama merupakan jabatan tertinggi sebagai guru birokrasi atau mahaguru dengan tugas mengajar atau sharing ilmu dan pengalaman untuk eksekutif dan legislatif di Indonesia.
“Allhamdulillah ini menjadi motivasi diri luar biasa bagi saya, karena untuk mendapatkannya tidak soal lama mengajar, tapi harus mampu menyampaikan orasi ilmiah dinilai oleh majelis penguji, lulus, baru berhak menyandang Widyaiswara Ahli Utama,” ujar Sastri usai pengukuhan.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemendagri Teguh Setyabudi mengucapakan selamat atas orasi ilmiah Sastri. “Sukses selalu buat ibu dan semoga orasi ilmiah yang disampaikan tadi dapat kita implementasikan dalam rangka membangun APIP yang profesional dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,” ujar Teguh Setyadi.
Orasi Ilmiah Sastri mengangkat tema “APIP yang Profesional, Bersih, dan Tepercaya Berkelas Dunia”, dimana penyampaian Sastri cukup renyah, runtut serta mudah dipahami penguji dan audiens yang hadir di kegiatan itu. Rapat majelis penguji mengatakan Orasi Ilmiah itu mendapat “Pujian” dengan rekomendasi untuk diaplikasikan.
Sastri Yunizarti Bakry adalah seorang profesional, aktivis, birokrat dan sastrawan Indonesia asal Padang, Sumatera Barat.
Sebagai sastrawan, namanya tercatat dalam Geo Sastra Mingangkabau karya A.A. Navis serta dalam Leksikon Susastra Indonesia karya Korrie Layun Rampan pada tahun 2000.
Ia juga dipercaya sebagai Vice President The Malay Islamic World dan sebagai Inspektur Khusus (Irsus) pada Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri Indonesia (Kemendagri) sejak November 2012.
Sepanjang 16-18 Maret 2012, Sastri berperan sebagai Ketua Pengarah Temu Sastrawan Nusantara Melayu Raya (Numera) yang pertama, sebuah iven sastra internasional yang dilaksanakan di Padang, Sumatera Barat. Kegiatan tersebut melibatkan 200 sastrawan dari 6 negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Singapura dan Thailand. (Rel)