
Oleh: Rafles Rajo Endah
(Wartawan Senior)
MAAF, judulnya agak sedikit bombastis. Hari Sabtu pagi tanggal 26 April 2025 saya masih berada di Terminal 1 Bandara Changi, Singapura. Tapi sore harinya saya sudah berada di Batam, berkumpul dengan isteri, anak, menantu dan cucu. Bahkan sore itu juga saya ditraktir makan di Sate Senayan Cabang Batam di Batam Grand Mall, Batam.
Begitu kecilnya “dunia” sekarang ini, gumam saya dalam hati. Betapa tidak, dalam setengah hari saja, tidak sampai 12 jam saya sudah melintas dan berada di tiga negara sekaligus, Singapura, Malaysia dan Indonesia.
Ceritanya, setelah numpang “menginap” semalam di Terminal 1 Bandara Changi Singapura, saya bermaksud akan pergi sarapan ke Bugis Corner yang memang sudah saya rencanakan sejak sehari sebelum keberangkatan ke Singapura. Tetapi rencana itu terpaksa saya batalkan karena perjalanan dari Changi ke Bugis terlalu ribet, memakan waktu dan pastinya menambah pengeluaran.
Bayangkan, untuk bisa sampai ke Bugis Corner saya harus pindah dari Terminal 1 ke Terminal 2 Bandara Changi dengan menumpang SkyTrain, sebuah moda transportasi khusus Bandara Changi.
Di Terminal 2 ini saya harus pindah ke moda transportasi lain yakni MRT jurusan Tanah Merah. Lalu pindah lagi ke MRT jurusan Bugis. Sudah sampai?
Belum, kita harus menyeberangi sebuah jalan raya yang cukup lebar dan melewati beberapa deretan pertokoan dengan berjalan kaki, barulah sampai ke tempat yang dituju.
Sepertinya terlalu berat perjuangan yang harus ditempuh hanya untuk sekedar sarapan pagi dengan seporsi Roti Prata Kuah Kari masakan “mamak” langganan saya di Bugis Corner.
Setelah merenung sejenak dan mencoba berdamai dengan perut yang mulai keroncongan dan selera yang tidak jadi menikmati Roti Prata Kuah Kari, akhirnya saya memutuskan untuk segera saja masuk ke Malaysia.
Kebetulan sekali ada Bus Transtar yang berangkat langsung dari Terminal 1 Bandara Changi ke Johor Bahru. Sepertinya bus akan segera berangkat sesuai jadwal pukul 08.15 Waktu Singapura.
Tiketnya lumayan mahal SGD 11 atau sekitar 140 ribu rupiah. Busnya sekelas Bus Patas AC di Indonesia.
Dua jam kemudian saya sudah berada di JB Sentral, Johor, Malaysia. Tentunya setelah melewati Imigrasi untuk Pemeriksaan Paspor keluar dari Singapura dan masuk ke Malaysia.
JB Sentral atau Johor Bahru Sentral merupakan Pusat Kota dan Kota Perdagangan tersibuk dan teramai di Johor yang berhadapan langsung dengan Singapura.
Dari sini saya cukup menumpang MyBas, bus kota ukuran menengah yang bertarif RM 1,6 untuk sampai ke Terminal Larkin Sentral.
Di bagian dalam terminal inilah terletak Kedai Makan Rabu Samad yang menjadi langganan saya kalau hendak melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur atau sebaliknya.

Mungkin karena masih pagi, belum ada Nasi Berlauk ala Malaysia yang tersedia. Untuk sarapan pagi hanya ada Soto Ayam dan Nasi Goreng Kampung dengan telur goreng balado, mie dan bihun goreng plus sambal goreng.
Saya memilih Nasi goreng, sebutir telur goreng balado dan sejumput bihun goreng serta segelas Teh Tarik Panas. Dalam hitungan menit semua makanan itu langsung berpindah alam ke dalam perut saya. Maklumlah, sudah lapar berat, hehehe…
Setelah makan sekenyangnya ternyata pikiran saya jadi terang dan terbuka. Tiba-tiba saya sadar kalau dari semalam saya belum mandi dan juga belum ganti pakaian. Maka Tandas Umum adalah solusinya.
Saya segera mencari Toilet umum. Bukan untuk mandi, BAB atau BAK, tetapi hanya untuk sekedar ganti pakaian yang sudah terasa kurang enak di badan.
Setelah bersih-bersih dan wangi, saya sebenarnya berencana untuk menginap agak semalam di Johor dengan pilihan penginapan di sekitar Larkin Sentral. Tetapi kemudian saya batalkan sendiri, karena rasanya tidak ada hal penting apapun yang mengharuskan saya untuk menginap di Johor ini.
Sayapun kembali menaiki MyBas untuk balik ke JB Sentral. Lalu melanjutkan perjalanan dengan bus tujuan Stulang Laut. Kali ini ongkosnya cuma RM 1,3 untuk perjalanan yang hanya sekitar 10 sampai 15 menit saja.
Stulang Laut merupakan salah satu dari beberapa pelabuhan laut di Johor yang memiliki akses jet ferry dengan tujuan Batam. Pelabuhan laut lainnya adalah Puteri Harbour dan Pasir Gudang.
Saya memilih jet ferry tujuan Batam Center, Batam yang akan segera berangkat pukul 13.45 Waktu Malaysia atau pukul 12.45 WIB. Harga tiketnya RM 123 atau 472 ribu rupiah, nyaris sama dengan harga tiket pesawat Scoot Airlines yang saya tumpangi dari Padang ke Singapura, sehari sebelumnya.
Tepat pukul 14.00 Waktu Malaysia atau pukul 13.00 WIB jet ferry berangkat meninggalkan pelabuhan Stulang Laut, Johor, Malaysia menuju pelabuhan Batam Center, Batam.
Hujan disertai deru angin yang cukup keras melepas keberangkatan saya meninggalkan tanah negeri serumpun, Malaysia.
Hanya berselang 2 jam kemudian jet ferry sudah sandar di Pelabuhan Batam Center. Hal baru yang saya lihat dan alami di Pelabuhan Batam Center sekarang adalah Pemeriksaan Paspor secara Otamatis di layanan Imigrasi kedatangan dan mungkin juga di keberangkatan. Artinya Pemeriksaan Paspor tidak lagi dilakukan oleh petugas secara manual. Cepat, lancar dan tuntas.
Sempat menunggu beberapa menit, isteri, anak, menantu dan cucu yang sudah berjanji menjemput saya di Pelabuhan Batam Center pun tiba. Maka sayapun kembali berkumpul bersama mereka, setelah dua hari mencoba “rute baru” perjalanan dari Padang ke Batam via Singapura dan Malaysia. *)
(Batam, 27042025)