Oleh: Patria Subuh
(Pengamat Sosial)
MAKANAN mengandung zat yang bila diolah dalam sistim pencernaan menghasilkan energi untuk bergerak dan berpikir. Zat yang sudah diolah menjadi sari makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Organ tubuh memperoleh sari makanan secara proporsional agar dapat bekerja dengan baik.
Metabolisme tubuh yang merupakan proses perubahan makanan menjadi energi terjadi di dalam sistim pencernaan. Unsur makanan yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat dirubah menjadi asam amino, asam lemak dan glukosa. Zat ini lah yang kemudian diserap dalam sistim pencernaan dan kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh.
Unsur makanan yang biasa dimakan manusia pada dasarnya terdiri dari zat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (derajat pertama) yang unsur dasarnya mengandung C, H, O, N dan ,zat mikro, serta makanan yang berasal dari hewan (derajat kedua) yang mengandung protein dan lemak nabati serta air sebagai zat pelarutnya. Tumbuhan dan hewan itu secara umum hidup di dua belahan waktu bumi yang berbeda.
Perlu diketahui, bumi sebagai tempat tumbuh dan tempat hidup, karena saking besarnya terbagi menjadi dua zonasi utama dalam perputaran waktunya, yaitu wilayah siang dan wilayah malam yang terjadi secara serempak. Kedua zona waktu ini mempunyai karakteristik yang relatif berbeda jika dibandingkan pada satu titik waktu yang sama. Sehingga tumbuhan dan hewan di masing-masing wilayah waktu pun memiliki ciri-ciri dan karakteristik berbeda pula.
Para ahli mengasumsikan bahwa bumi belahan Timur lebih dulu mengalami siang daripada bumi belahan Barat. Secara garis besar, tentu saja tumbuhan yang tumbuh di bumi Timur belum tentu sama dengan yang tumbuh di bumi Barat. Dalam artian bahwa cahaya matahari yang digunakan antara bagian Barat dengan bagian Timur berbeda waktu bersinarnya.
Perbedaan waktu siang dan malam ini berpengaruh kepada jenis tumbuhan, ukuran, jenis zat, dan keterdapatannya pada kedua wilayah waktu itu. Ketika di Indonesia sudah jam 11.00 siang , di Amerika waktu pada saat yang sama menunjukkan pukul 11.00 malam. Demikian pula sebaliknya. Perbedaan waktu sebesar 12 jam antara kedua negara membuat siang dan malamnya berbeda. Kalau di Amerika malam maka itu berarti siang di Indonesia, kalau siang di Amerika, berarti malam di Indonesia.
Pada malam hari (siang di Amerika) tumbuhan akan menghisap oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Demikian pula sebaliknya, pada siang hari (malam di Amerika) tumbuhan akan mengeluarkan oksigen dan menghisap karbon dioksida. Patut dicatat, hal ini terjadi dalam rentang waktu yang bersamaan di kedua wilayah waktu. Ini artinya bahwa bumi selalu mengandung dua jenis udara yang berbeda berdasarkan putaran waktu siang malamnya.
Padahal udara (oksigen dan karbon dioksida dan jenis udara mikro lainnya) bersifat “fluida”dan “liquid”. Fluida artinya adalah zat yang senantiasa mengalir dan bergerak ke mana-mana. Sehingga sebagai konsekuensinya sebenarnya antara udara malam dengan udara siang selalu terjadi percampuran sempurna (borderless). Dalam artian percampurannya terjadi tidak secara kasat mata. Hanya waktu yang dapat dijadikan sebagai patokannya.
Sebagai contoh misalnya, makanan seperti nasi yang berasal dari padi boleh dikatakan memiliki energi yang “serupa tapi tak sama” dengan roti yang berasal dari gandum. Dari segi zona waktu saja, jelas bahwa posisinya berbanding terbalik satu sama lain. Walaupun sama-sama memperoleh cahaya matahari yang sama untuk tumbuh, namun karena siang dan malamnya tidak sama, maka jenis energinya pun seharusnya agak berbeda pula. Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang mengarah kesana.
Mengutip “The Miracle of Enzyme, Self Healing Program” Oleh Hiromi Sinya, MD, tahun 2007, berdasarkan pengalaman prakteknya berpuluh-puluh tahun di Jepang dan di Amerika. Ternyata sistim pencernaan bangsa Amerika dengan sistim pencernaan bangsa Jepang agak sedikit berbeda. Sistim pencernaan kedua bangsa yang waktunya berkebalikan Ini ternyata disebabkan karena jenis makanannya berbeda pula.
Pemeriksaan terhadap para pasiennya dengan menggunakan esofagoskop sepanjang 185 cm, menunjukkan bahwa karakteristik sistim pencernaan bangsa Amerika relatif berbeda dengan bangsa Jepang. Usus besar orang Amerika lebih besar dan lebih pendek dibandingkan usus besar milik orang Jepang.
Hal ini kemungkinan besar berkaitan dengan kebiasaan makan mereka. Bangsa Amerika terbiasa makan makanan yang mengandung daging, “fast food”, cepat saji sedangkan bangsa Jepang lebih suka makan ikan, biji-bijian dan sayur-sayuran. Perbedaan jenis makanan ini tentu mempengaruhi bentuk fisik dari organ pencernaan mereka. Disamping itu tumbuhan atau hewan yang dimakan notabene berasal dari dua zona waktu yang saling berkebalikan.
Ketika bangsa-bangsa di belahan bumi timur sedang melakukan makan paginya (breakfast) pada saat yang sama bangsa-bangsa di barat sedang makan malam (dinner) . Ada atau tidak adanya cahaya matahari seharusnya menentukan jenis udara yang sedang eksis pada saat itu. Kondisi seperti ini sedikit banyaknya berdampak terhadap kesehatan manusia secara keseluruhan.
Mengutip buku “Diet Sehat, Mengenal Metode Metode Diet yang Berbahaya bagi Kesehatan”, oleh Lenita 2014, disimpulkan bahwa ada hubungan antara meningkatnya berat badan dengan waktu makan di malam hari. Diet dengan cara menghentikan makan di malam hari ternyata malah menambah berat badan. Hal ini terjadi karena makanan pokok yang seharus masuk ke dalam perut sering digantikan oleh camilan atau makanan ringan.
Dapat disimpulkan bahwa waktu siang dan waktu malam sedikit banyaknya berpengaruh terhadap jenis energi makanan yang masuk ke dalam tubuh. Apakah makanan yang dimakan itu sewaktu atau tidak, seyogyanya juga berpengaruh terhadap metabolisme tubuh. Namun untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang hal itu diperlukan penelitian oleh para ahli kimia, kesehatan dan ahli gizi makanan.*)