Oleh : Irfan Suliansyah
//forumsumbar//
PRODUKTIVITAS tanaman kentang ditentukan oleh iklim, teknik budidaya, faktor pembenihan, serta gangguan hama dan penyakit. Tanaman kentang memiliki lebih dari 250 hama dan penyakit.
Penyakit-penyakit kentang yang bersifat laten, seperti bakteri dan virus secara kontinyu dapat terlokalisasi dan terakumulasi pada umbi kentang.
Karena umbi merupakan bahan perbanyakan tanaman kentang, maka akumulasi patogen pada umbi tersebut itulah yang kemudian diketahui mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman kentang.
Penurunan produktivitas tersebut berlangsung secara kontinyu dari satu generasi ke generasi berikutnya dan mengakibatkan penyakit yang disebut dengan penyakit degeneratif.
Pada saat infeksi sistemik berbagai penyakit kentang telah mencapai kondisi yang parah, bahkan dapat mengakibatkan kehilangan hasil panen secara total.
Penurunan produksi yang diakibatkan oleh virus misalnya, akan semakin besar apabila umbi benihnya telah terinfeksi oleh lebih dari satu macam virus yang dapat menimbulkan efek sinergistik.
Salah satu kendala agribisnis kentang di Indonesia adalah ketersediaan benih yang berkualitas secara kontinyu dalam jumlah yang memadai.
Ketersediaan dan penggunaan benih kentang berkualitas saat ini di Indonesia baru sekitar 15% saja. Petani bermodal besar biasanya mendatangkan benih kentang yang berkualitas dengan jalan mengimpornya dari luar negeri.
Bila hal ini dilakukan, maka 40-50 % dari total biaya produksi kentang sudah dikeluarkan hanya untuk pengadaan benih saja.
Dengan demikian, tidak dapat disangkal lagi bahwa penggunaan umbi benih kentang yang bermutu (bebas hama dan penyakit) dengan harga yang terjangkau merupakan syarat utama menuju kesuksesan dalam melakukan agribisnis tanaman kentang.
Salah satu alternatif yang dapat dikembangkan dalam upaya pengadaan benih kentang bermutu adalah dengan teknologi kultur jaringan (teknik in vitro).
Aplikasi teknologi kultur jaringan selain bertujuan untuk memperbanyak (multiplikasi) tanaman dengan cepat melalui teknik mikropropagasi, teknologi kultur jaringan dapat juga memfasilitasi perbaikan karakter/sifat tanaman menjadi lebih unggul, baik untuk tujuan meningkatkan produksi, maupun untuk meningkatkan resistensi tanaman terhadap berbagai penyakit yang disebabkan oleh faktor biotik dan/atau abiotik.
Di samping itu, teknologi kultur jaringan juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan pembebasan berbagai penyakit sistemik tanaman. Bahan tanaman yang telah terbebas dari penyakit tersebut selanjutnya dapat diperbanyak secara massal dalam waktu yang relatif singkat.
Di dalam kerangka produksi benih kentang bermutu, teknologi kultur jaringan dimanfaatkan untuk pembebasan penyakit sistemik, khususnya virus dan untuk melakukan perbanyakan bahan induk tanaman (planlet).
Dengan teknologi kultur jaringan ini dapat dihasilkan berbagai macam bahan perbanyakan tanaman (propagul), seperti tunas mikro, umbi mikro, setek mini, dan umbi mini.
Selanjutnya propagul tersebut menjadi bahan awal untuk melakukan penangkaran benih kentang bermutu.
Teknologi penangkaran benih kentang bermutu dapat dipilah menjadi lima tahapan kegiatan, yaitu: 1) Perbanyakan Setek In Vitro, 2) Aklimatisasi Planlet, 3) Produksi Stek Mini, 4) Penanaman Stek Mini (Produksi Generasi Nol/G0), dan 5). Penanaman G0/G1 (Produksi Generasi satu/G1 dan Generasi dua/G2).
Umbi G2 selanjutnya sudah dapat didistribusikan ke petani, dengan tujuan untuk menghasilkan umbi benih G3 dan generasi selanjutnya (biasanya hingga G4) atau langsung untuk produksi umbi konsumsi.
Ilustrasi seluruh tahapan kegiatan penangkaran umbi benih kentang di atas dapat dilihat pada Gambar 1. Secara singkat uraian setiap tahap kegiatan adalah sebagai berikut:
1. Perbanyakan Stek In Vitro
Perbanyakan stek dilakukan di laboratorium kultur jaringan tanaman. Media yang digunakan adalah media Murashige and Skoog (MS) tanpa penambahan zat pengatur tumbuh. Dalam waktu empat minggu dari satu tanaman (planlet) akan dihasilkan lima planlet baru. Planlet yang dihasilkan kemudian distek satu buku dan dalam waktu 2 – 3 minggu stek telah siap untuk diaklimatisasikan.
2. Aklimatisasi Planlet
Aklimatisasi planlet dibagi menjadi dua tahap kegiatan. Tahap pertama aklimatisasi dilakukan di laboratorium kultur jaringan tanaman (praaklimatisasi). Setelah tiga hari planlet dipindahkan ke screen house produksi stek mini (tahap kedua). Tanaman dapat mulai distek dua minggu kemudian.
3. Produksi Setek Mini
Produksi setek mini dilakukan di screen house produksi setek mini. Penyetekan dilakukan dengan memotong pucuk tanaman sepanjang ± 1 cm. Stek harus sesegera mungkin ditanam dalam media penanaman stek. Wadah yang digunakan untuk produksi setek mini umumnya bak-bak plastik atau bisa juga digunakan bak yang terbuat dari kayu. Setelah tanaman berumur tiga minggu, maka tanaman telah siap ditanam di bedengan produksi umbi. Penyetakan pucuk tanaman dapat dilakukan secara berulang. Interval penyetekan pertama dengan penyetekan berikutnya adalah satu minggu.
4. Produksi G0
Produksi umbi G0 dilakukan di screen house produksi umbi G0 yang memiliki bedengan-bedengan penanaman. setek media penanaman sebelum digunakan terlebih dahulu disterilisasi. Tanaman dalam bak plastik sebelum ditanam ke bedengan disiram terlebih dahulu.
Kemudian secara hati-hati, tanaman dengan sebagian tanahnya dipindahkan ke bedengan. Pemeliharaan tanaman terdiri atas penyiraman, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit.
Setelah tanaman berumur sekitar 10 minggu, ditandai dengan telah menguningnya daun-daun tanaman, maka tanaman sudah siap dipanen. Apabila tanda-tanda telah panen tersebut sudah terlihat, maka tindakan penyiraman dihentikan.
5. Produksi G1 dan G2
Produksi umbi G1 dan G2 juga dilakukan di screen house produksi yang memiliki bedengan-bedengan penanaman. Ukuran screen house dan ukuran bedengan untuk produksi umbi G1 dan G2 biasanya lebih besar dibandingkan untuk produksi G0. Umbi G0 yang telah bertunas selanjutnya ditanam dalam bedengan-bedengan untuk memproduksi G1.
Demikian pula, untuk memproduksi G2 dilakukan penanaman umbi G1 yang telah bertunas, namun dengan jarak tanam yang lebih lebar.
Pemeliharaan dan pemanenan yang dilakukan sama seperti pemeliharaan tanaman pada saat produksi G0.
Seluruh tahapan kegiatan di atas harus dilakukan secara hati-hati dan seksama. Harus benar-benar dijaga agar selama proses penangkaran berlangsung, tidak ada tanaman kentang yang terinfeksi virus atau penyakit sistemik lainnya. Dengan melakukan tahapan kegiatan tersebut di atas, maka dapat dihasilkan umbi benih kentang yang berkualitas. Sehingga dapat menyokong peningkatan produksi kentang.
Gambar 1. Tahapan kegiatan penangkaran umbi benih kentang
Penulis adalah Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas (Unand)