
Oleh: Irdam Imran
(Pengamat Sosial dan Politik)
KETIKA parlemen tidak sekadar membutuhkan juru bicara, namun jiwa dan raga setiap anggotanya menjadi cermin kehormatan rakyat, di sanalah kita temukan hakekat demokrasi sejati. Kualitas, integritas, kapasitas, dan kapabilitas bukanlah kata-kata kosong, melainkan ruh yang menghidupkan lembaga legislatif.
Integritas adalah cahaya yang menyingkap bayang-bayang kepentingan pribadi dan oligarki. Tanpa cahaya ini, suara rakyat hanyalah gema yang tersesat di ruang-ruang kekuasaan. Kapasitas dan kapabilitas adalah tangan dan kaki, yang menjembatani pengetahuan menjadi keputusan nyata, menyalurkan aspirasi rakyat ke undang-undang yang berpihak pada keadilan.
Seperti yang diajarkan Ibnu Katsir, setiap pemimpin harus menegakkan keadilan, bukan karena sorotan media, tapi karena panggilan hati nurani. Rumi mengingatkan, “Kehidupan yang sejati adalah ketika kita menjadi saluran kebaikan, bukan panggung kepalsuan.”
Dan Gulen serta Fukuyama menegaskan, demokrasi yang kuat lahir dari moralitas dan kapasitas individu yang konsisten, bukan sekadar retorika politik.
Di sinilah, setiap anggota DPR seharusnya menjadi benteng konstitusi, bukan sekadar pencatat janji atau pengulang kata-kata. Mereka adalah wakil rakyat yang menegakkan prinsip hukum, menjaga keseimbangan kekuasaan, dan memantapkan demokrasi konstitusional yang hakiki.
Seperti kata Amien Rais, politik yang bersih dan beradab lahir dari perilaku elit yang meneladani etika dan idealisme, bukan dari popularitas semu.
Parlemen ideal adalah ketika setiap anggotanya menghidupkan substansi, menolak kepalsuan, dan menempatkan rakyat sebagai pusat perhatiannya. Tidak perlu juru bicara yang gemilang di media, karena setiap tindakan mereka adalah suara rakyat yang paling murni, yang tercermin dalam setiap keputusan dan pengawasan yang mereka jalankan.
Dalam perjalanan ini, rakyat menaruh harap: bahwa DPR bukan sekadar tempat duduk, tapi ladang amal politik yang menegakkan keadilan, menyejahterakan masyarakat, dan menjaga kehormatan konstitusi. Hanya dengan kualitas anggota yang mumpuni, demokrasi akan bersinar, sebagaimana cahaya kebenaran menembus kegelapan kebohongan. *)