
Oleh: Era Nurza
Katamu, guru hanyalah beban
Kalimat itu jatuh seperti palu yang memukul wajah sejarah
menggetarkan ruang kelas yang berdiri di atas keringat
dan meremukkan papan tulis yang pernah menuliskan namamu
dengan huruf-huruf sederhana: A-B-C.
Apakah lupa engkau
bahwa tangan yang kau sebut beban
pernah mengajari tanganmu menulis angka pertama?
Bahwa suara yang kini kau rendahkan
pernah melatih lidahmu mengucap kata “bangsa”?
Guru bukanlah beban
Guru adalah fondasi yang sering dilupakan
tiang yang sengaja ditutupi tirai anggaran
namun tetap kokoh menyangga atap peradaban
Jika guru beban
maka siapa yang memikul bangsa menuju cahaya?
Menteri kah?
Kursi jabatan kah?
Anggaran triliunan yang bocor di jalan kah?
Atau barangkali,
retorika kosong yang hanya pandai menyusun kalimat
tanpa tahu rasa hormat?
Kami para guru adalah beban-
beban yang rela menggendong anak-anak negeri
melewati jurang ketidaktahuan
beban yang menyalakan pelita
meski minyak lampunya sering dibiarkan padam
Jika beban ini benar-benar diletakkan
jika guru berhenti menjadi “beban”,
maka bangsa ini akan roboh
menjadi tubuh tanpa tulang
menjadi kapal tanpa nahkoda
menjadi negeri yang kehilangan arah
Maka tanyaku:
Jika guru beban
siapa yang sesungguhnya menjadi beban bangsa ini?
Guru yang digaji seadanya namun tetap setia
atau lidah penguasa yang mengkhianati jasanya?
Padang, Agustus 2025