
Oleh: Hendri Pratama
(Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
INDONESIA merupakan sebuah negara yang memiliki keberagaman khas budaya, adat-istiadat, serta tradisi- tradisi yang beragam khas dan unik di seluruh penjuru Indonesia ini, salah satunya yaitu di Minangkabau.
Minangkabau merupakan sebuah provinsi yang berada di Sumatra Barat yang mana masyarakatnya kental dengan adat istiadat serta tradisi tradisi yang masih diterapkan dari nenek moyang dahulu sampai sekarang ini.
Salah satu tradisi yang masih ada dan masih ditanamkan di dalam diri, baik itu dari generasi muda hingga generasi tua, yaitu tradisi Makan Bajamba.
Makan Bajamba merupakan salah satu tradisi yang ada di Minangkabau. Tradisi Makan Bajamba atau dikenal dengan sebutan “Makan Balanjuang”, ada sebagian masyarakat juga yang menyebutnya dengan “Makan Barapak“ yang mana berasal dari Kоtо Gаdаng, Agаm, Sumatra Barat pada abat ke -7.
Seiringnya waktu dan perubahan perkembangannya, tradisi Makan Bajamba ini mulai menyebar di kalangan masyarakat Minangkabau.
Biasanya tradisi Makan Bajamba ini dilakukan di acara-acara adat di Minangkabau, seperti acara duduak mamak, baralek, memperingati hari kematian dan acara adat lain sebagainya.
Di dalam tradisi Makan Bajamba, orang orang yang terlibat didalamnya akan merasakan suasana rasa kebersamaan. Untuk pelaksanaan tradisi Makan Bajamba ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di dalam ruangan serta, diikuti oleh banyak orang, baik itu laki- laki perempuan, tua ataupun muda.
Orang yang berada di dalam ruangan tersebut akan duduk di lantai yang sudah beralaskan tikar (lapiak) dalam bahasa Minangkabau-nya secara berkelompok. Satu kelompok biasanya terdiri 5 sampai dengan 7 orang yang duduk secara melingkar.
Untuk posisi duduknya haruslah tegap, lurus supaya agar terlihat berwibawa dan tidak boleh membungkuk. Duduknya pun dipisahkan antara laki- laki dan perempuan. Untuk perempuan posisi duduknya haruslah bersimpuh (basimpuah), sedangkan untuk laki-laki posisi duduknya haruslah bersela (baselo).
Di setiap kelompok yang duduk secara melingkar tadi, sudah tersedia piring besar yang mempunyai diameter kurang lebih 50 cm di setiap tempat duduknya. Piring besar tersebut disebut dengan istilah di dalam bahasa Minangkabau yaitu dengan sebutan pingan.
Di dalam pingan tersebut sudah disediakan nasi beserta beragam khas dan bermacam macam samba di dalam bahasa Minangkabau-nya yang sudah tersusun rapi di tengahnya.
Di Nagari Paraman Gadang, Tandikek Kabupaten Padang Pariaman setiap dilaksanakannya acara adat seperti acara baralek (pesta), pasti akan ada tradisi Makan Bajamba dilakukan. di setiap kelompok yang melakukan tradisi Makan Bajamba tersebut, biasanya sudah ada tuan rumah yang menjamukan makanan.
Sesudah nasi yang berada di dalam jamba dihidangkan di tengah kelompok, tuan rumah tersebut akan menghidangkan samba (lauk) di tengah-tengah nasi yang sudah dihidangkan, barulah tuan rumah mempersilahkan tamu untuk memakan hidangan yang sudah disediakan.
Ketika memakan nasi yang sudah dihidangkan di dalam tradisi Makan Bajamba, ada pula aturan norma yang berlaku seperti, nasi yang dimakan hanyalah nasi yang berada di depan hadapan kita. Kita juga tidak boleh mengambil nasi di samping ataupun nasi yang berada di depan teman.
Begitu juga dengan mengambil samba. Samba yang diambil hanyalah samba yang berada di depan kita. Di saat hendak mengambil samba, samba yang diambil tidak boleh digigit, hanya diperbolehkan dicuil atau dipatahkan. Selain itu, ada pula adab yang perlu diperhatikan di dalam tradisi Makan Bajamba yaitu yang anak muda tidak boleh mendahului orang yang lebih tua.
Di dalam tradisi Makan Bajamba ini ada terdapat hal unik atau hal istimewa yaitu ketika menyuap nasi. Caranya adalah nasi yang sudah ditambahkan dengan samba, lalu disuapkan ke dalam mulut menggunakan dengan tangan kanan. kemudian tangan kiri siap siap berada di bawah tangan kanan untuk menyambut nasi yang jatuh ketika hendak menyuap.
Tujuannya agar supaya nasi yang disuap melalui mulut tidak jatuh ke dalam piring atau pingan. Sehingga yang lainnya tidak merasa jijik ketika sedang makan. Dan pada saat membasuh tangan, kita harus mendahulukan yang lebih tua, di kala yang tua sudah selesai membasuh tangan barulah yang muda mengikutinya.
Harapan penulis semoga tradisi tradisi yang berada di Minangkabau ini salah satunya, yaitu tradisi bajamba selalu ada dan diterapkan oleh generasi generasi penerus dan semoga tradisi tradisi seperti ini tidak punah oleh peradaban zaman.
Yang mana bisa dilihat di zaman sekarang ini banyak anak muda yang sudah tidak tahu menahu tentang tradisi-tradisi yang dulunya diturunkan oleh nenek moyang mereka dahulu, sehingga itulah yang menyebabkan tradisi-tradisi yang berada di negara Indonesia ini, baik di Minangkabau maupun daerah lainnya mulai hilang oleh peradaban zaman. *)