• Forum Sumbar
  • homepage
  • Kontak
  • Privacy Policy
  • Tim Redaksi
Selasa, November 18, 2025
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Artikel
  • Opini
  • Advertorial
  • Kontak
No Result
View All Result
Forum Sumbar
  • Home
  • Berita
  • Artikel
  • Opini
  • Advertorial
  • Kontak
No Result
View All Result
Forum Sumbar
No Result
View All Result

Masalah Kebangsaan, Irman Gusman: Kita Perlu Mengubah Polemik Menjadi Sinergi

18 Desember 2020
in Berita
Reading Time: 5min read
Views: 3,795

PADANG, forumsumbar —Ketua DPD RI periode 2009-2014 dan 2014-2016, Irman Gusman hadir dalam acara peluncuran dan bedah buku yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB) Press, Jumat (18/12), bersama tokoh-tokoh Sumbar lainnya, baik di tingkat nasional maupun daerah.

Dalam acara yang dilaksanakan secara virtual, melalui Zoom Meeting ini, ada 2 buku yang diluncurkan dan dibedah; yakni “Islam sebagai Dasar Negara, Polemik Natsir versus Soekarno” dan “68 Tahun Melukis di Atas Awan”.

Adapun turut hadir selain Irman Gusman, Prof Fasli Jalal (Mantan Wamendiknas, sekarang Rektor Universitas Yarsi Jakarta), Prof Azyumardi Azra (Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Gamal Abdul Nasser (Dosen Senior Universitas Brunei Darussalam), Basril Djabar (Tokoh Pers Nasional), dan Nurhayati Subakat (CEO Wardah).

Lihat Juga

Operasi Zebra Singgalang 2025 Dimulai, Diharapkan Bisa Tekan Pelanggaran Lalin di Agam

Operasi Zebra Singgalang 2025 Dimulai, Diharapkan Bisa Tekan Pelanggaran Lalin di Agam

17 November 2025
7
Optimalkan Penerimaan Daerah dari Sektor Pajak, Pemko Pariaman Berdayakan PPPK

Optimalkan Penerimaan Daerah dari Sektor Pajak, Pemko Pariaman Berdayakan PPPK

17 November 2025
8
Luncurkan Website Ensiklopedi Digital Pribahasa Minangkabau, Tim Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand Gandeng Bapelitbangda Padang Pariaman

Luncurkan Website Ensiklopedi Digital Pribahasa Minangkabau, Tim Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand Gandeng Bapelitbangda Padang Pariaman

17 November 2025
14

Kemudian, Buya Masoed Abidin (Mubaligh dan Pegiat Dakwah Digital), Shofwan Karim Elhussein (Ketua PWM Sumbar), Riki Saputra (Rektor UMSB) dan banyak lainnya. Adapun acara bertajuk “Kajian Islam Jumat Pagi” ini dimoderatori Efri Yoni Baikoeni, yang juga merupakan editor dari buku yang diluncurkan.

Melalui pesan WhatsApp-nya, Irman Gusman mengirimkan bulir-bulir pemikirannya dalam membedah kedua isi buku yang diluncurkan itu kepada forumsumbar.com. Adapun lengkapnya sebagai berikut ;

 

Leaflet webinar peluncuran dan bedah buku UMSB Press. (Foto : Dok)

Pointers Presentasi Irman Gusman

Ini acara yang langka karena UMSB melakukan peluncuran dan bedah buku untuk dua buku sekaligus. Biasanya acara peluncuran buku dimana-mana itu meluncurkan satu judul buku. Tapi pagi ini acara UMSB ini membahas dua buku sekaligus:
1. Islam Sebagai Dasar Negara: Polemik Antara Mohammad Natsir versus Soekarno dan
2. 68 Tahun Melukis di Atas Awan, Memoir Biografi Dr. Shofwan Karim, tokoh Muhammadiyah yang sudah saya kenal dekat selama lebih dari 25 tahun.

Bahkan persahabatan saya dengan Buya Shofwan Karim ini boleh dibilang sangat spesial karena pepatah Inggris katakan, A friend in need is a friend indeed. Sahabat yang datang ketika kita membutuhkan pertolongan adalah sahabat sejati.

Ketika saya berada dalam masalah di Sukamiskin Bandung, berulang kali Buya Shofwan Karim mengunjungi saya. Bahkan Buya Shofwan berdiri di depan pintu pada malam itu, 26 September 2019, ketika saya melangkah keluar dari pintu utama Lapas Sukamiskin untuk pulang ke rumah.

Karena saya cukup lama mengenal Buya Shofwan dari dekat, maka secara jujur dan obyektif saya mau katakan bahwa Sumatera Barat sudah terlalu sempit untuk Buya Shofwan Karim. Sudah saatnya Buya Shofwan bergeser ke Jakarta dan berkiprah dari sana mengingat pengalaman, kematangan, kepemimpinan dan kearifan beliau yang dibutuhkan di tingkat nasional.

Saya tidak tahu apakah karena itu maka bukunya sengaja diberi judul Melukis di Atas Awan. Jadi orang Minang biasanya bilang, Dimana bumi di pijak di situ langit dijunjuang. Tapi tempat berpijak Buya kita ini sudah tinggi sekali di langit, karena dia Melukis di Atas Awan. Itulah sebabnya tadi saya katakan sudah saatnya Buya Shofwan bergeser ke Jakarta.

Dan 68 Tahun itu belumlah tua, menurut standar terbaru yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia /WHO. Justru usia 68 tahun itu adalah usia terbang; karena itulah Buya Shofwan Melukis di Atas Awan.

Sebagai sahabat, saya perlu berkata demikian. Sebab yang mau saya katakan adalah, friendship is unconditionally eternal. Persahabatan itu abadi tanpa syarat.

Pandangan dan pilihan politik boleh saja berbeda, tetapi persahabatan itu abadi sifatnya. Inilah juga yang diteladankan oleh Natsir dan Bung Karno. Mereka selalu berseberangan tetapi tetap bersahabat.

Soekarno sebagai seorang ideolog dan pemikir politik berpandangan bahwa agama harus dipisahkan dari urusan negara. Sementara Natsir sebagai seorang ideolog reformis muslim dan arsitek “negara Islam moderat” berpandangan bahwa Islam sebagai agama peradaban yang membimbing manusia memasuki alam modern harus disatukan dengan negara.

Bung Karno tidak mau membawa agama di dalam perjuangannya. Ia menganggap cukup dengan nasionalisme saja, karena kalau membawa-bawa agama maka bangsa ini akan bercerai-berai. Tapi Natsir berpendapat bahwa untuk mencapai kemerdekaan, tidak cukup hanya dengan nasionalisme. Dorongan agama Islam, jauh lebih kuat. Mereka berseberangan secara tajam seperti itu.

Meskipun demikian, ketika Soekarno ditangkap, diadili, dan dipenjarakan di Sukamiskin, yang pertama kali menjenguk Bung Karno di penjara itu adalah bukan orang-orang PNI pendukung Bung Karno, melainkan kelompok Natsir yang justru tidak sepaham dengan Bung Karno. Ini pelajaran keteladanan yang sangat berharga buat bangsa kita agar bisa berpolitik dengan hati secara matang dan bijaksana.

Sebab di zaman sekarang, terlalu banyak pemimpin tapi terlalu sedikit kepemimpinan. Terlalu banyak politisi, tapi terlalu sedikit negarawan. Terlalu banyak idola, tapi terlalu sedikit keteladanan. Terlalu banyak pembawa masalah, tapi terlalu sedikit pembawa solusi. Terlalu banyak menggunakan otak dan otot, tapi terlalu sedikit bahkan sangat jarang kita menggunakan hati.

Akibatnya kita seperti hidup di bawah SUTET, Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi. Semua orang tegang. Saling curiga dan berprasangka buruk. Saling hujat dan caci-maki. Berbeda pendapat dianggap sebagai permusuhan dan peperangan.

Kenapa bisa terjadi begini? Karena kita tidak belajar dari sejarah. Coba tengok ke belakang. Meskipun Natsir dan Soekarno berseberangan secara pemikiran dan sikap politik, tetapi terdapat kesamaan keyakinan di antara mereka dalam hal demokrasi.
Natsir menyatakan bahwa Islam adalah ajaran yang paling demokratis. Soekarno pun berkeyakinan bahwa umat Islam dapat memperjuangkan aspirasinya secara optimal dalam suatu negara yang demokratis.

Yang luar biasa dari hubungan dua tokoh besar ini adalah bahwa Soekarno mengagumi Natsir sebagai sosok pendidik generasi muda Islam yang karya tulisnya, sebuah buku berjudul Komt Tot Het Gebed (artinya Marilah Salat), itu dikagumi oleh Soekarno. Sebaliknya, meskipun berseberangan dengan Soekarno, tapi Natsir pernah berkata, “Kami tidak pernah bentrok. Perbedaan ide memang menyebabkan kami berpisah, tapi hubungan kami tetap dekat.”

Dari polemik dua tokoh bangsa ini kita juga dapat memetik pelajaran lain lagi. Bahwa meskipun mereka berdebat tentang hubungan agama dan negara dan tentang dasar negara kita, mereka akhirnya bersepakat untuk tidak menghapus Pancasila sebagai dasar negara; mereka melestarikannya meskipun Natsir mendirikan Masyumi yang menjadi partai Islam terkuat dalam Pemilu 1955, dengan menguasai 20,9 persen suara dan menang di 10 dari 15 daerah pemilihan.

Sebab tujuan perjuangan Natsir sebetulnya adalah agar nilai-nilai keislaman tidak lantas dilunturkan oleh sekularisme yang sedang merembes ke dalam berbagai sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Itulah sebabnya maka Natsir sangat peduli dan berperan aktif dalam pendidikan keagamaan bagi generasi muda.

Tapi perlu kita catat bahwa apa yang duperjuangkan Natsir itu masih relevan sampai hari ini, dimana sekularisme yang semakin kental itu mengancam dan mengikis keberagamaan kita, khususnya di kalangan generasi muda. Dalam hal ini perjuangan Natsir untuk memanifestasikan nilai-nilai ajaran Islam itu perlu kita lanjutkan, sama seperti melanjutkan perjuangan Soekarno dalam melestarikan Pancasila.

Catatan lain tentang perjuangan Natsir adalah bahwa keberagamaan kita perlu tampak dalam realitas sehari-hari, bukan sekadar identitas belaka. Bahkan dalam mengamalkan Pancasila, bagaimana sila Ketuhanan, Kemanusiaan dan Keadilan Sosial, misalnya, bisa diterjemahkan ke dalam realitas kehidupan sehari-hari.

Jadi, kalau saya mencoba merekonsiliasikan pemikiran Natsir dan pemikiran Soekarno — dua kutub yang bertolak belakang itu — maka yang mau saya katakan adalah: Kita harus bisa berpancasila sereligius mungkin dan beragama sepancasilais mungkin. Artinya: Mengamalkan agama di negara yang berdasarkan Pancasila dan mengamalkan Pancasila di negara yang penduduknya menjunjung tinggi ajaran agama.

Jadi, tugas kita bukan mempersoalkan Pancasila sebagai dasar negara, atau memperjuangkan Islam sebagai dasar negara. Hal itu sudah FINAL. Sebab Pancasila sudah mewakili nilai-nilai luhur dari semua agama di negeri ini bahkan mewakili jatidiri bangsa kita. Tugas kita adalah melakukan introspeksi, sudah sampai sejauh mana kita mengamalkan lima sila itu di dalam realitas kehidupan kita sebagai bangsa; kemudian melakukan koreksi dengan menggunakan ajaran agama dan falsafah Pancasila sebagai pedoman.

Dengan begitu maka POLEMIK antara Natsir dan Soekarno dapat kita rekonsiliasikan menjadi SINERGI antara nilai-nilai agama dan nila-nilai kebangsaan kita yang terkandung di dalam Pancasila. Jadi, intinya, kita perlu mengubah POLEMIK menjadi SINERGI.

Demikian pesan singkat dari saya…

Jakarta, 18 Desember 2020

IRMAN GUSMAN

Itulah pemikiran yang disampaikan Irman Gusman pada webinar yang diadakan oleh UMSB Press, dalam peluncuran dan bedah buku yang membahas masalah agama dan kebangsaan.

(Ika)

ShareTweetSendShare
Previous Post

Nagari Kuranji Hulu Minta Leonardy Perhatikan Guru TPA dan PAUD

Next Post

Anggota DPD RI Abdul Hakim: Bansos Covid-19 Jangan Dibebankan ke Dana Desa

BeritaTerkait

Operasi Zebra Singgalang 2025 Dimulai, Diharapkan Bisa Tekan Pelanggaran Lalin di Agam
Berita

Operasi Zebra Singgalang 2025 Dimulai, Diharapkan Bisa Tekan Pelanggaran Lalin di Agam

17 November 2025
7
Optimalkan Penerimaan Daerah dari Sektor Pajak, Pemko Pariaman Berdayakan PPPK
Berita

Optimalkan Penerimaan Daerah dari Sektor Pajak, Pemko Pariaman Berdayakan PPPK

17 November 2025
8
Luncurkan Website Ensiklopedi Digital Pribahasa Minangkabau, Tim Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand Gandeng Bapelitbangda Padang Pariaman
Berita

Luncurkan Website Ensiklopedi Digital Pribahasa Minangkabau, Tim Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand Gandeng Bapelitbangda Padang Pariaman

17 November 2025
14
Gudep SMPN 13 Padang Raih Dua Juara di Jupaslang 5 se-Sumbar
Berita

Gudep SMPN 13 Padang Raih Dua Juara di Jupaslang 5 se-Sumbar

17 November 2025
85
Silaturahmi dengan Ketua DPRD Sumbar, PMPI Siap Bersinergi Lahirkan Generasi Petani Tangguh
Berita

Silaturahmi dengan Ketua DPRD Sumbar, PMPI Siap Bersinergi Lahirkan Generasi Petani Tangguh

17 November 2025
18
Antisipasi Tawuran dan Balap Liar di Koto Tangah, Satpol PP Padang Gelar Giat Gabungan
Berita

Antisipasi Tawuran dan Balap Liar di Koto Tangah, Satpol PP Padang Gelar Giat Gabungan

16 November 2025
19
Next Post
Anggota DPD RI Abdul Hakim: Bansos Covid-19 Jangan Dibebankan ke Dana Desa

Anggota DPD RI Abdul Hakim: Bansos Covid-19 Jangan Dibebankan ke Dana Desa

Most Viewed Posts

  • Gubernur Sumbar: PSBB Berakhir, Diganti New Normal (35,669)
  • Ranah Minang Berduka, Haji Boy Lestari Dt Palindih Berpulang ke Rahmatullah (34,742)
  • Senin Depan Tidak Juga Cair Bantuan Covid-19, Gubernur Sumbar Dilaporkan ke Presiden (33,931)
  • VCO (Virgin Coconut Oil) Dapat Digunakan sebagai Obat Membunuh Covid-19 (31,879)
  • Heboh, Satu Orang PDP Covid-19 dari Payakumbuh Meninggal di RSAM Bukittinggi (28,353)
  • Pepatah Petitih Minangkabau tentang Kebersamaan Beserta Maknanya (27,079)
  • Tabuik, ‘Perang Karbala’ di Jantung Kota Pariaman (23,159)
  • Blaster, Klub Motor Legendaris Kota Padang (22,086)
  • Sijunjung Jebol, Seluruh Sumbar Zona Merah Covid-19 (22,077)
  • Boy Rafli Amar Dt Rangkayo Basa Termasuk 5 Komjen Calon Kapolri yang Diajukan Kompolnas ke Presiden (21,828)

Berita Lainnya

‘Ajo JKA Pulang Kampuang’

‘Ajo JKA Pulang Kampuang’

20 Februari 2025
114
‘Raja Penyair’ Pinto Janir: Bangun ‘Rumah Budaya’ Bintang 7 di Taman Budaya Sumbar!

‘Raja Penyair’ Pinto Janir: Bangun ‘Rumah Budaya’ Bintang 7 di Taman Budaya Sumbar!

14 Juni 2024
273
‘Sisi Gelap’ DBL Caketum IKA Unand #NoworNever #KitoNanSantiang

‘Sisi Gelap’ DBL Caketum IKA Unand #NoworNever #KitoNanSantiang

30 Juli 2021
447
“75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”: Menyala! Dalmenda dan Ka’bati Ikut Baca Puisi

“75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”: Menyala! Dalmenda dan Ka’bati Ikut Baca Puisi

13 Desember 2024
184
“75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”: Pemprov Sumbar Dukung Upaya Pemajuan Kebudayaan

“75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”: Pemprov Sumbar Dukung Upaya Pemajuan Kebudayaan

5 Januari 2025
87
“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”, Hary: Unand Siap Jadi Episentrum Gerakan Kebudayaan

“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”, Hary: Unand Siap Jadi Episentrum Gerakan Kebudayaan

17 Mei 2025
121
“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”: Unand Menggelegar oleh Puisi

“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”: Unand Menggelegar oleh Puisi

5 Juni 2025
109
“Abrar Yusra and the Ocean of Letters”: A Poetry Collection by Leni Marlina (PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Indonesian Writer of Satu Pena Sumbar, Indonesian Creator of AI Era, FSM, ACC SHILA)

“Abrar Yusra and the Ocean of Letters”: A Poetry Collection by Leni Marlina (PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Indonesian Writer of Satu Pena Sumbar, Indonesian Creator of AI Era, FSM, ACC SHILA)

24 Februari 2025
155
“Abrar Yusra dan Samudera Aksara”: Kumpulan Puisi Leni Marlina (PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA)

“Abrar Yusra dan Samudera Aksara”: Kumpulan Puisi Leni Marlina (PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA)

24 Februari 2025
105

Portal berita forumsumbar.com diterbitkan oleh PT. BANGKA LIMABELAS MULTIMEDIA, merupakan situs berita dari Sumbar.

Kantor : Jl. Bangka No. 15 Wisma Warta Ulak Karang – Padang (25133)

HP / WA : 081275665100

  • Kontak
  • Privacy Policy
  • Tim Redaksi

Hak Cipta oleh Forum Sumbar 2022

No Result
View All Result
  • Forum Sumbar
  • homepage
  • Kontak
  • Privacy Policy
  • Tim Redaksi

Hak Cipta oleh Forum Sumbar 2022

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In