
Oleh: Era Nurza
Merah putih berkibar gagah
tapi suaranya parau menahan marah
“Katanya merdeka,” ia berteriak
“Mengapa rakyat masih terikat utang dan lapar,
sementara istana menari di atas meja pesta?”
Merah menatap getir:
“Darahku pernah tumpah di medan juang,
kini kalian tumpahkan lagi
bukan untuk bangsa
melainkan untuk rebutan kursi.”
Putih tertawa getir:
“Aku simbol suci yang kalian kotori
dengan amplop, proyek, dan janji basi
Kesetiaan kalian bukan pada negeri
tapi pada perut dan dinasti.”
Merah putih bicara
bukan sekadar kain di tiang negara
Ia menyindir, ia menampar:
“Jangan lagi berteriak ‘NKRI harga mati
jika kalian menjualnya dengan harga murah
di pasar kuasa dan kepentingan diri.”
Padang, 20 Agustus 2025
