
Oleh: Syafira
TRADISI MALAMANG adalah tradisi yang dilakukan masyarakat Minangkabau secara turun temurun. Malamang dilakukan pada zaman dahulu pas nenek moyang kita. Dan, tradisi Malamang bagi masyarakat Kabupaten Padang Pariaman biasanya dilakukan sebagai jamuan yang harus ada menyambut kegiatan yang sangat kental dengan ritual agama.
Malamang itu sendiri sering dilakukan ketika acara penting seperti saat maulid nabi, pengangkatan penghulu, atau acara pengajian peringatan meninggal dunia warga, serta acara acara penting lainnya.
Lamang (lemang) itu memiliki rasa yang enak, dan dimakan ketika kita santai atau berkumpul dengan keluarga. Apalagi lamang sipuluik (lemang beras ketan) dimakan bersamaan dengan tapai. Rasanya sungguh enak sekali.
Lamang terbuat dari beras ketan ditambahkan santan yang dimasukkan ke dalam buluh bambu. Dan macam-macam lamang itu sendiri ada banyak jenis, yaitu; lamang sipuluik (yang terbuat dari beras ketan), lamang pisang, dan lamang ubi.
Lamang dan tradisinya menarik untuk diketahui lebih lanjut, terutama kehadirannya dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi adat menunjukkan wujud aktualisasi diri biologis dan hubungan sosial masyarakat Minangkabau, baik dalam lingkungan kekerabatan maupun dalam masyarakat luas.
Adanya tradisi Malamang mempererat tali kekeluargaan, solidaritas dan simbol antarkerabat. Artinya makanan lamang, salah satu makanan tradisional, dan tradisi Malamang berkaitan dengan budaya, yaitu budaya Minangkabau.
Tradisi Malamang juga masih dilaksanakan oleh masyarakat Kabupaten Padang Pariaman, dan tidak akan luntur tradisi tersebut. Dalam tradisi Malamang tersebut tidak semua daerah melakukannya.
Dalam Malamang memiliki sebuah keunikan yang mana cara memasaknya masih secara tradisional dan dipertahankan sampai saat ini oleh masyarakat Minang
Proses Pembuatan Lamang
Adapun proses Malamang tersebut, yakni; beras ketan dicuci dulu bersih-bersih lalu dikeringkan. Setelah kering masukkan beras ketan tersebut ke dalam bambu yang sudah dilapisi daun pisang. Lalu diisi ke dalamnya dan tidak boleh sampai penuh.
Setelah itu dimasukkan air santan ke dalam bambu tersebut dan tidak sampai penuh agar tidak melimpah air santannya. Setelah siap lalu diangkat dan diletakkan ke tempat pembakaran.
Sebelum lamang dibakar, disusun dulu lamang tersebut dengan rapi di tempat membakar lamang, lalu dibakar dengan bara kayu.
Adapun lamang pisang, dengan cara pisang ditumbuk terlalu halus, lalu diberi beras ketan sedikit ke dalam pisang yang sudah ditumbuk. Kemudian diaduk hingga merata. Setelah merata dimasukkan lamang pisang ke dalam bambu yang sudah dilapisi daun pisang.
Terakhir lamang ubi, dengan cara ubi dihaluskan lalu diberi pemanis seperti saka agar warnanya agak kecoklatan, lalu di masukkan ke dalam bambu yang sudah dilapisi daun pisang.
Setelah siap ketiganya dan sudah dimasukkan ke dalam bambu, susun lah dengan rapi ketiga macam lamang tersebut ke tempat pembakaran, lalu disandarkan ke tempat sandarannya agar tidak jatuh lamang-nya.
Dengan itu agar dekat dengan api, lalu dimasukkan kayu ke tengah lamang yang sudah di susun rapi, lalu dibakar kayunya agar mendapatkan bara api.
Menunggu proses masak lamang butuh beberapa jam agar lamang itu matang dengan cara membalik-balikkan bambunya yang mana batangnya hangus, lalu dibalikan juga batang yang masih belum kena bara api agar sama-sama bambu menghitam sedikit.
Setelah matang lamang diangkat agar tidak keras atau hangus dalam isinya. Biasanya setelah diangkat ditunggu beberapa menit juga agar lamang itu bisa dibungkus sama bambunya dengan koran.
Biasanya pada saat acara maulid nabi pasti membawa lamang ke tempat perayaan maulid nabi dengan membungkus lamang dengan bambunya pakai koran, lalu diserahkan ke tempat masjid acara perayaan perayaan maulid nabi.
Lamang juga tahan beberapa minggu ketika berada dalam bambu. Ketika ingin memakan lamang yang sudah beberapa hari belum dibuka, lamang-nya terlebih dahulu dipanaskan kembali dengan bara api yang sudah panas agar enak dimakan ketika masih panas .
Dalam melakukan tradisi Malamang, kita bisa berkumpul dan bersilaturahmi dalam sesama masyarakat seperti saat perayaan maulid nabi. Tradisi Malamang mengandung nilai budaya dalam masyarakat dan masih dilakukan sampai saat ini.
Tradisi ini masih di lestarikan masyarakat Minangkabau, selain unik lamang juga memilki rasa yang begitu enak ketika di makan, apalagi pada saat panas-panas dan baru diangkat dari pembakarannya. Baunya begitu sedap dan harum ketika dicium dan rasanya enak ketika dimakan saat bersantai atau pada saat makan bersama. *)
Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Andalas (Andalas)