
“AYUNAN HIDUP”: Kumpulan Puisi Karya Leni Marlina
/1/
AYUNAN HIDUP
Puisi: Leni Marlina
([PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia)
Ayunan itu belum henti berayun—
di antara dua cabang yang sunyi,
bukan lagi batang pohon,
melainkan tulang langit
yang pernah mendekap
tawa anak-anak dari segala penjuru angin,
yang kini hanya tinggal gema
di rongga waktu yang koyak.
Tak ada satu pun pulang,
kecuali nama-nama mungil
yang melayang tak terucap
bersama serpihan buku
dan sepatu-sepatu kecil
yang tak sempat menua.
Mereka tak menyebut Tuhan
dalam satu bahasa,
tak menggenggam doa
dalam satu bentuk.
Mereka menyebut hidup—
dengan wajah jernih
yang belum sempat mencicip
rasa benci yang diturunkan sejarah.
Tak ada lagi peluit istirahat,
tak ada lonceng sekolah,
hanya desir angin
yang menyanyikan lagu
tanpa negara, tanpa lirik—
lagu keberanian
yang tak sempat dikisahkan
oleh buku sejarah pemenang.
Ayunan itu mengerti:
Damai bukan milik mereka yang menaklukkan,
tetapi milik mereka
yang tak diberi waktu
untuk memilih hidup
atau kematian.
Ia tetap bergoyang—
seperti doa yang tak memerlukan kitab,
seperti janji bumi
untuk memberi satu pagi lagi
kepada anak-anak
yang tertidur
tanpa kisah penutup
dan pelukan terakhir.
Dan kami bersaksi:
Cinta tak membutuhkan bendera.
Ia hanya memerlukan satu hal:
hati manusia
yang masih mampu berduka
atas kehilangan
yang bukan anaknya sendiri.
Melbourne, Australia, 2012
Revisi:
Padang, INDONESIA, 2025
/2/
AYUNAN YANG TAK MEMILIH ARAH
Puisi: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia)
Kami—
adalah ayunan
yang digantung bukan pada cabang,
melainkan pada pengertian
yang belum sempat ditumbuhkan dunia.
Kami berayun
di antara langit yang kehilangan arah,
dan bumi
yang tak lagi menyebut kami anak.
Tak ada tangan yang menggoyang kami,
hanya angin
yang menyelipkan nama-nama kecil
ke celah langit,
seperti doa
yang ditulis di atas embun.
Kami tak lahir untuk mati,
kami lahir
untuk diingat
sebagai gema lembut
yang mengetuk jantung manusia
yang masih mampu menangis
untuk anak-anak
yang tak sempat bicara.
Dan kami tak akan diam.
Melbourne, Australia, 2012
Revisi:
Padang, INDONESIA, 2025
/3/
DI ANTARA DUA TARIKAN
Puisi: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia)
Ayunan itu tahu:
hidup tak selalu tiba.
Ia menggantung
di antara dua tarikan—
bukan ke kanan atau kiri,
tetapi antara
kehilangan dan kemungkinan.
Anak-anak tak pernah meminta
dilahirkan di tengah ledakan,
mereka hanya membuka mata
dengan cahaya yang belum tercemar,
dan melangkah
dengan kaki yang belum tahu luka.
Namun dunia terburu-buru:
mencoret mereka
dari barisan pagi,
menghapus suara
dari pelajaran hari pertama,
merampas pelukan
yang belum sempat dirapalkan.
Dan ayunan—
tetap mengayun,
sebagai kesaksian
bahwa hidup tidak selalu berpulang,
namun bisa tetap tinggal
dalam duka
yang memilih bertahan
menjadi cinta.
Melbourne, Australia, 2012
Revisi:
Padang, INDONESIA, 2025
/4/
NAPAS YANG MENGGANTUNG DI UDARA
Puisi: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia)
Ayunan itu masih bergerak
seperti napas
yang enggan pergi dari paru-paru langit.
Ia tidak mengayun karena gembira,
tetapi karena rindu
yang belum ditutup.
Di tubuhnya
tertinggal suara
yang tak sempat menjadi seruan,
tangan mungil
yang tak sempat mengangkat bendera damai,
mata kecil
yang belum sempat belajar
membedakan langit dari asap.
Dan kita,
terkadang terlalu cepat
menutup jendela rasa,
menyebut mereka
dengan angka.
Padahal mereka adalah puisi
yang tak habis ditulis,
napas yang tak ditarik kembali,
dan kenangan
yang menyusup di setiap desir
yang melewati rambut seorang ibu
yang kehilangan
tanpa tahu kapan.
Melbourne, Australia, 2012
Revisi:
Padang, INDONESIA, 2025
/5/
DI RONGGA YANG DISEBUT WAKTU
Puisi: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia)
Ayunan itu menggantung
di antara waktu
yang tak mencatat detik,
melainkan gema—
dari nama-nama
yang ditarik ke sunyi
sebelum sempat tumbuh.
Ia bukan permainan
dan tak akan pernah menjadi patung.
Ia adalah tubuh cahaya
yang terus bergetar
di antara serpih kehilangan
dan harapan
yang tak bisa dibatalkan.
Anak-anak itu—
masih di sana,
di lekuk ayunan
yang menyimpan detak jantung bumi,
mengayun dalam senyap
yang lebih nyaring
dari semua nyanyian kemenangan.
Dan kami bersaksi:
bahwa cinta bukan milik mereka yang hadir,
tetapi milik mereka
yang menggantung
di antara baris tak terbaca
dan pelukan
yang belum sempat diberikan.
Melbourne, Australia, 2012
Revisi:
Padang, INDONESIA. 2025
/6/
KAMI, YANG TAK AKAN DIAM
Puisi: Leni Marlina
(PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia)
Kami bukan reruntuhan yang menunggu
dilupakan.
Kami adalah puisi
yang menggantung
di langit dunia,
berayun bersama nama-nama
yang tak sempat diberi cerita.
Kami adalah ayunan—
digantung oleh sejarah,
didorong oleh angin penderitaan,
namun tak pernah menyerah
oleh waktu yang tak berpihak.
Kami menyaksikan dunia
yang lebih sering menghitung peluru
daripada puisi.
Namun kami tetap bersenandung
dengan napas anak-anak
yang pernah mencintai hidup
tanpa diberi kesempatan
memilih masa depan.
Kami tidak menunggu belas kasih.
Kami menulis ulang
arti dari kehilangan,
arti dari negara,
arti dari cinta
yang tidak bersyarat.
Kami tak akan diam—
sebab suara kami
adalah gema
yang tak bisa dibungkam
oleh statistik
maupun mereka yang anti kritik.
Melbourne, Australia, 2012
Revisi:
Padang, INDONESIA. 2025
——————-
Tentang Penulis: Leni Marlina
Leni Marlina merupakan seorang penulis, penyair, dan akademisi kelahiran Baso, Agam – Sumbar dan berdomisili di Padang. Ia tumbuh dengan kecintaan pada kata dan keyakinan bahwa sastra bisa menjadi jembatan kebaikan antar manusia. Sejak lama, ia melibatkan diri dalam kegiatan literasi, baik di lingkungan sekitar maupun di berbagai komunitas yang lebih luas.
Kumpulan Puisi “AYUNAN HIDUP” di atas merupakan serangkaian kumpulan puisi pribadi yang ditulis oleh Leni Marlina ketika ia menjalan tugas belajar program Master of Arts in Writing and Literature di Australia tahun 2013 dengan beasiswa dari pemerintah Indonesia. Setelah melalui proses kontemplasi lebih dari 1 dekade, puisi tersebut direvisi kembali dan diterbitkan pertama kalinya di platform digital tahun 2025.
Sejak tahun 2022, Leni Marlina bergabung dalam keluarga besar SATU PENA (Asosiasi Penulis Indonesia) cabang Sumatera Barat, yang dipimpin oleh Ibu Sastri Bakry dan Bapak Armaidi Tanjung. Dalam lingkungan inilah ia banyak belajar dan tumbuh bersama rekan-rekan penulis lainnya.
Pada Mei 2025, Leni diberi kehormatan sebagai Penulis Terbaik Tahun Ini oleh SATU PENA Sumatera Barat dalam acara Gala Dinner Festival Literasi Internasional Minangkabau ke-3. Penghargaan ini ia terima dengan penuh rasa syukur, sebagai bentuk dukungan bagi semangat gotong royong dalam membangun budaya baca dan tulis di tanah air.
Di luar negeri, Leni menjadi bagian dari ACC Shanghai Huifeng International Literary Association (ACC SHILA) yang dipimpin oleh penyair dunia Anna Keiko. Sejak 2024, ia dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC SHILA, dan pada 2025 diberi amanah sebagai Ketua Perwakilan Asia dalam kelompok duta puisi ACC SHILA—sebuah kesempatan untuk mempererat jalinan budaya melalui puisi.
Tahun yang sama, ia juga bergabung dengan World Poetry Movement (WPM) Indonesia, yang dikordinasikan oleh Ibu Sastri Bakry, sebagai bagian dari gerakan puisi dunia yang berpusat di Kolombia.
Perjalanan Leni di dunia sastra internasional bermula saat menempuh studi S2 Menulis dan Sastra di Australia pada 2011–2013. Saat itu, ia menjadi anggota komunitas penulis di Victoria dan belajar dari banyak penulis lintas budaya.
Pada 31 Mei 2025, Leni dengan sejumlah komunitas yang dipimpinnya, bersama Achmad Yusuf (sebagai ketua), turut menyelenggarakan kegiatan Poetry BLaD (Peluncuran & Diskusi Buku Puisi) dan IOSoP (Seminar Internasional Online tentang Puisi) 2025, diamananahkan oleh Media Suara Anak Negeri News (di bawah pimpinan Paulus Laratmase) berkolaborasi dengan Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. Kegiatan ini adalah ruang bersama untuk berbagi semangat dan cinta terhadap literasi, kemanusian dan perdmaaian melalui karya saatra, puisi.
Sejak 2006, Leni mengabdi sebagai dosen di Program Studi Sastra Inggris, Departemen Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. Ia mengajar dan membimbing mahasiswa di bidang bahasa, sastra, dan penulisan. Ia percaya bahwa pendidikan dan karya tulis dan karya kreatif adalah bagian dari pengabdian kepada masyarakat.
Di luar aktivitas kampus, Leni juga menulis sebagai jurnalis lepas, editor, dan kontributor digital. Sejumlah karyanya dapat dibaca di: https://suaraanaknegerinews.com/category/puisi-leni-marlina-bagi-anak-bangsa
Leni juga memulai dan mendampingi sejumlah komunitas literasi dan sosial berbasis digital, antara lain:
1. World Children’s Literature Community (WCLC): https://shorturl.at/acFv1
2. Poetry-Pen International Community (PPIC)
3. PPIPM Indonesia (Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat):
https://shorturl.at/2eTSB
https://shorturl.at/tHjRI
4. Starcom Indonesia Community (Starmoonsun Edupreneur): https://rb.gy/5c1b02
5. Linguistic Talk Community (Ling-TC)
6. Literature Talk Community (Littalk-C)
7. Translation Practice Community (Trans-PC)
8. English Language Learning, Literacy, and Literary Community (EL4C)
























