Oleh: Isa Kurniawan
SAAT membuka facebook, di dinding saya lihat tulisan lama 6 tahun yang lewat muncul lagi. Tepatnya pada tanggal 12 Januari 2018.
Tulisan saya ini mengisahkan seorang bapak tua yang berjualan kacang goreng di daerah Tarandam Padang. Berikut tulisan tersebut saya tampilkan lagi.
****
Pak Rusli (72) alias Pak Suli sudah 25 tahun berjualan kacang goreng di simpang Rumah Potong Tarandam, Padang. Sebelum buka lapak di sana, Pak Suli bajojo (jualan keliling) sampai ke Teluk Bayur dari rumahnya di daerah Katapiang Pauh IX Kecamatan Kuranji Padang.
“Semenjak saya cerai dengan istri 25 tahun yang lewat, sejak itu pula saya berjualan di simpang ini,” cerita Pak Suli yang berasal dari Pauh V Pisang Kecamatan Pauh itu lirih.
Mantan istrinya yang bernama Nurlaili itu telah meninggal 5 tahun yang lalu, dan mereka dikaruniai 8 orang anak. Ada 4 orang di Padang, 3 di Batam dan 1 di Jakarta. Di antara anaknya itu ada yang bekerja di PLN, Polisi (Brimob) dan lainnya berjualan.
Semua anak Pak Suli itu sibuk dengan peruntungan mereka masing-masing. Dan Pak Suli pun tidak mau mengganggu mereka.
Pak Suli yang tinggal sendiri semenjak pisah dari isterinya, untuk jualannya membeli kacang mentah di Pasa Raya Padang sekitar 4 – 5 gantang sehari. Kemudian dia rendang sendiri di rumahnya.
Rata-rata jual belinya sehari sekitar Rp200.000,- dengan keuntungan Rp30.000,- sampai Rp40.000,-. “Itu setelah dikeluarkan uang ojek untuk antar jemput,” katanya.
Ketika ditanya duka sukanya selama berjualan di simpang itu, Pak Suli mengungkapkan dukanya ketika hari hujan dia tidak bisa berjualan. Sukanya, “Baru saja sampai di sini (tempat berjualan), tiba-tiba sudah ada yang membeli 10 tekong,” tuturnya.
Pak Suli menjual kacang goreng, ukurannya adalah tekong (kaleng susu). Satu tekong itu harganya Rp10.000,-.
****
Saat asyik berbincang-bincang, tiba-tiba berhenti sebuah sedan keluaran terbaru sebuah pabrikan, sehingga memutus pembicaraan kami. Kemudian turun seorang bapak muda menggendong anak kecil dan membeli 1 tekong kacang Pak Suli.
Setelah sedan itu berlalu, Pak Suli terkejut sambil memperlihatkan ke saya uang yang dikasih bapak muda tadi. Ternyata uang lembaran biru Rp50.000,-.
“Ado paho ado kaki, ado usaho ado rasaki (Ada paha ada kaki, ada usaha ada rezeki),” kata Pak Suli ke saya sambil senyum sumringah, dan tak lupa mendoakan semoga bapak muda tadi dilapangkan rezekinya oleh Allah SWT.
Tak lama, setelah saya dan teman beli 2 tekong kacang goreng Pak Suli, kami pun berlalu. Terima kasih Pak Suli, pelajaran malam ini.
****
Urang Pauah bakudo limo /
Saikua pamutuih tali /
Kacang goreng Pak Suli memang tanamo /
Adonyo di simpang Rumah Potong Tarandam di malam hari /
Penulis : Warga Kota Padang