PADANG, forumsumbar —Mark Burn (61) warga negara Australia, sehari-hari bekerja di negaranya menjadi tukang kebun (gardena). Setelah bekerja selama 6 bulan, Mark Burn yang sering dipanggil “Baruak Gadang” itu pergi ke Mentawai untuk bermain surfing.
Di kampungnya Sidney, Baruak Gadang kalau bekerja diupah sebesar 30$ Australia untuk 1 jam, atau kurang lebih Rp300 ribu. Dalam seminggu rata-rata ia bisa menerima Rp2 juta. “Uang itulah yang dikumpul-kumpul untuk ke Mentawai,” katanya.
Baruak Gadang pertama kali menginjakkan kakinya di Mentawai tahun 1997, dan kalau di Padang menginap di wisma langganannya di kawasan Jl. Hayam Wuruk Padang. Semenjak itu Baruak Gadang, setiap tahunnya rutin pergi ke Mentawai untuk bermain surfing.
Tiga bersaudara yang suka masakan Minang, khususnya rendang itu, sampai sekarang masih hidup seorang diri. “Pernah saya pacaran selama empat tahun dengan perempuan Jepang, tapi karena dia tidak suka laut, akhirnya kami berpisah,” ucap Baruak Gadang lirih.
Saat ini Baruak Gadang yang fasih bahasa Minang itu, sudah merasa bahwa Ranah Minang, khususnya Mentawai adalah kampung keduanya. Selama dua bulan di Sumbar, kemudian keluar untuk mengurus visa, agar bisa kembali lagi ke Mentawai. Itulah yang rutin dilakukan Baruak Gadang selama ini.
Kenapa sampai dipanggil Baruak Gadang? Disampaikan Sandy Sitia, pemilik wisma yang sering menjadi tempat menginapnya, dulunya Mark belajar bahasa Minang, kemudian kalau ada orang menanyakan siapa namanya, maka disuruh bilang Baruak Gadang. Dan Mark pun menyebut Baruak Gadang ketika orang bertanya namanya. Ia pun senang-senang saja, walaupun sudah tahu artinya. “Sejak itulah nama Mark sering dipanggil Baruak Gadang,” ujar Sandy senyum-senyum. (Isa)