PADANG, forumsumbar —Forum Perjuangan Seniman (FPS) Sumbar melaksanakan buka puasa bersama, bertempat di Gedung Galeri Taman Budaya Sumbar, Jl Diponegoro Padang, Sabtu (30/3/2024).
Hadir pada buka puasa bersama itu, Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Dr Jefrinal Arifin, Kepala UPTD Taman Budaya Sumbar Supriyadi, para budayawan dan seniman di antaranya; Prof Harris Effendi Thahar (Guru Besar UNP/Seniman), Ery Mefri (Budayawan/Maestro Tari Minang), Syarifuddin Arifin (Penyair Senior), Dr Yulizal Yunus (Dosen UIN Imam Bonjol), Dr Abdullah Khusairi (Dosen UIN Imam Bonjol), Dr Andria Catri Tamsin (Dosen UNP/Seniman), Yurnaldi (Wartawan Senior/Penyair), serta Presidium FPS, Zamzami Ismail, Trikora Irianto, Jefenil, dan lainnya.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Kebudayaan Jefrinal menyatakan bahwa pihaknya selalu mendukung kegiatan yang dilakukan oleh para seniman Sumbar, khususnya FPS Sumbar, meskipun anggaran di dinas sangat terbatas.
“Selalu kami sampaikan, bahwa Dinas Kebudayaan siap memfasilitasi kegiatan yang dilaksanakan FPS Sumbar, seperti Diskusi Budaya dan Buka Bersama ini. Apalagi saat ini sedang disusun Ranperda Pemajuan Kebudayaan oleh DPRD Sumbar, yang sangat penting masukan dari para budayawan dan seniman,” ujar kadinas.
Acara buka puasa bersama ini didahului dengan Diskusi Budaya dengan tajuk; Seni dan Islam, dengan narasumber Dr Sheiful Yazan (Dosen UIN Imam Bonjol) dan Dr Emeraldi Chatra (Dosen Unand), serta dimoderatori Dr Hermawan (Presidium FPS Sumbar).
Diskusi Budaya yang digelar FPS Sumbar merupakan agenda rutin setiap bulannya sebagai bentuk ekspresi terhadap persoalan pembangunan Taman Budaya Sumbar yang sampai sekarang tidak ada kepastiannya, atau masih mangkrak.
Sheiful Yazan dalam pemaparannya dengan judul; Teater Islam, Catatan dari Tiga Festival, menyampaikan bahwa berkesenian dalam Islam sekaligus sebagai sarana untuk berdakwah.
Menurut dosen pengampu mata kuliah Budaya Minangkabau di UIN Imam Bonjol ini, di Minang dasar berkesenian itu tetap berpijak kepada Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). “Mementaskan seni apapun dengan payung yang kuat, semisal ABS-SBK (apapun jabarannya), membuka ruang bagi seni untuk mengambil peran Rahmatan lil ‘alamin,” ujarnya.
Sheiful memberikan catatan bahwa masalah Seni dan Islam, khususnya yang menyangkut dengan teater (sesuai topiknya), harus dibahas dalam diskusi yang fokus, sehingganya didapatkan satu kesamaaan pandang dalam menilai sebuah karya teater.
Sementara itu, Emeraldi Chatra yang memuat profesinya sebagai pensiunan penulis cerpen, memaparkan materi dengan judul; Industri Seni, Prospeknya di Sumatera Barat, dimana dengan berkembang pesatnya seni modern saat ini, mengajak para seniman untuk merubah mindset yang selama ini mengungkung mereka.
Menurut Emeraldi, seni modern itu merupakan bagian dari aktivitas sosial dan kreasi, mengutamakan estetika dan teknologi, berorientasi pasar (bercorak industri), dan open access.
“Saat ini, seni itu lebih mementingkan estetika dan sentuhan teknologi, serta tidak lagi menjadi privelese kelompok keturunan tertentu. Siapa saja boleh berpartisipasi berdasarkan kualifikasi,” ujarnya.
“Apalagi dengan berkembangnya Artificial Intelligence (AI), atau kecerdasan buatan, saat ini. Dibutuhkan perubahan mindset dari seni amatir ke seni industri, dan perlu diterapkan pendekatan manajemen kesenian kontemporer yang lebih relevan dengan situasi pasar,” tukuknya.
Selesai diskusi dengan lesehan tersebut, sambil menunggu azan Maghrib, para seniman didapuk membaca puisi, di antaranya Fauzul el Nurca yang saat acara bertindak sebagai MC, dan lainnya.
(ika)