Oleh: Fitri Ekawati, SP, MP
(Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Andalas)
BEBERAPA waktu lalu, Tim peneliti Fakultas Pertanian Universitas Andalas yang terdiri dari Prof Dr Ir Irfan Suliansyah, MS, Doni Hariandi, SP, MSc, dan Fitri Ekawati, SP, MP melakukan ekspedisi ke beberapa wilayah di Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam rangka melakukan eksplorasi tanaman talas.
Kegiatan eksplorasi juga didampingi oleh Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kepulauan Mentawai, Marliana Simanjuntak, SP, MP dan beberapa penyuluh pertanian.
Talas (Colocasia esculenta) merupakan salah satu komoditas yang bisa digunakan dalam rangka diversifikasi pangan. Salah satu keunggulan talas adalah memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dibandingkan dengan beras, kentang dan sumber karbohidrat lainnya, sehingga tidak menyebabkan kenaikan kadar gula darah secara cepat.
Talas memiliki keragaman spesies yang besar dan beragam, akan tetapi hingga saat ini belum banyak informasi varietas talas yang sudah teridentifikasi.
Berdasarkan informasi bahwa sebagian masyarakat di Kepulauan Mentawai masih menggunakan talas sebagai bahan pangan. Oleh sebab itu diperkirakan keragaman jenis talas terutama talas lokal masih terpelihara dan terjaga dengan baik di wilayah tersebut.
Hasil kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan pada tiga kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai yaitu Sipora Utara, Sipora Selatan, dan Siberut Utara, diperoleh sebanyak 16 jenis talas yang masih secara berkesinambungan ditanam oleh masyarakat.
Di antara 16 jenis talas yang diidentifikasi, ada satu jenis talas yang paling disukai oleh masyarakat, bahkan beberapa dikirim dan dijual keluar pulau, yaitu talas Siroti.
Talas Siroti bisa dipanen 6 sampai 7 bulan setelah tanam. Karena teksturnya yang lunak talas ini biasanya direbus dan digunakan sebagai makanan pokok oleh masyarakat setempat. Selain itu talas Siroti juga digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan aneka kue.
Selain itu ada juga talas Palapa, dimana talas ini bisa dipanen umur 8 bulan setelah tanam, memiliki tekstur sedikit keras dengan warna umbi agak kemerahan (memiliki kandungan antosianin yang lebih tinggi). Masyarakat setempat biasa menggunakan talas Palapa untuk dibuat kolak.
Wawancara dengan penduduk lokal (petani talas) talas lokal biasanya secara alami memiliki ketahanan terhadap tekanan abiotik maupun biotik sehingga sangat berharga dan berpotensi sebagai sumberdaya genetik.
Oleh sebab itu pelestarian dan konservasi plasma nutfah ini perlu secara berkesinambungan dipelihara supaya tidak terjadi kepunahan. *)