Oleh: Fitri Ekawati, SP, MP
TANAMAN kentang (Solanum tuberosum) merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting dan berpotensi menjadi pangan alternatif yang prospektif dikembangkan.
Kentang adalah tanaman yang bergizi tinggi, berkalori rendah dengan asam-asam amino lengkap. Kentang selain digunakan sebagai pangan (salad, baking potato, mash potato, french fries, chip) juga sebagai bahan industri (pati, alkohol, dekstrin), pakan dan biofarmaka (Wattimena, 2006).
Sumatera Barat berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ada enam kabupaten/kota penghasil kentang di antaranya Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Solok Selatan, dan Kota Solok.
Di antara enam kabupaten/kota tersebut, Kabupaten Solok adalah penghasil kentang terbesar di Sumatera Barat. Alahan Panjang adalah salah satu nagari di Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok yang berada pada ketinggian 1400 sampai 1600 m dpl. Mayoritas masyarakat di Nagari Alahan Panjang adalah petani tanaman hortikultura, salah satunya adalah petani kentang.
Dalam melakukan usaha dan produksi kentang tentunya memerlukan dukungan yang kuat dari beberapa aspek, salah satunya adalah penyediaan benih bersertifikat. Dengan kata lain, benih merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan produksi tanaman selain dari faktor lingkungan dan sarana produksi.
Meskipun lingkungan dan sarana produksi optimal tapi tidak didukung dengan penggunaan benih yang berkualitas, akan menyebabkan hasil dan mutu yang rendah.
Saat ini kebutuhan benih kentang masyarakat Alahan Panjang dibeli dari Pulau Jawa atau Sumatera Utara dengan harga benih yang relatif mahal.
Petani kentang cenderung menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya yang biasanya umbinya berukuran kecil dan mudah tertular penyakit (penyakit degeneratif).
Rendahnya penggunaan benih bersertifikat dikarenakan; keterbatasan modal usaha dari petani, sulitnya memperoleh benih bersertifikat, minimnya pengetahuan dan penguasaan teknologi petani terkait manfaat benih bersertifikat dan teknologi dalam menghasilkan benih bersertifikat.
Sejak tahun 2021 hingga tahun 2022 ini, tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Andalas (Unand) yang diketuai oleh Prof Dr Ir Irfan Suliansyah, MS, dengan anggota Prof Dr Ir Helmi, MSc, Fitri Ekawati, SP, MP, dan Doni Hariandi, SP, MSc, melalui pendanaan universitas melakukan kegiatan dalam rangka menjadikan petani di Alahan Panjang sebagai petani penangkar benih kentang bersertifikat.
Kegiatan diinisiasi di salah satu kelompok tani di Alahan Panjang yaitu Kelompok Tani Harapan Baru. Kegiatan dilakukan dalam bentuk sosialisasi, pelatihan, maupun sekolah lapang.
Saat ini di Kelompok Tani Harapan Baru sudah dibangunkan Screen House untuk produksi umbi G0 secara aeroponic dan produksi umbi G1. Harapannya semoga Kelompok Tani di Alahan Panjang bisa menjadi kelompok tani penangkar yang mandiri benih dan bisa menjadi produsen benih kentang bersertifikat. *)
Penulis adalah Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas