Oleh: Yesi Chwenta Sari, SPt, MSi
PENYAKIT hewan ternak yang merebak di sejumlah wilayah Indonesia termasuk di Sumatera Barat dan akhir-akhir ini sangat meresahkan masyarakat terutama berdampak langsung bagi peternak yaitu PMK.
PMK atau Penyakit Mulut dan Kuku merupakan penyakit menular yang menyerang hewan ternak berkuku belah seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan babi.
Penyebab penyakit PMK adalah virus dengan nama Foot and Mouth Disease Virus (FMVD), virus ini masuk dalam famili Piconaviridae dengan genus Apthovirus. Hewan ternak yang terjangkit virus PMK akan kesulitan berjalan dan tidak bisa makan karena virus ini secara perlahan menggerogoti mulut dan kuku ternak.
Hal ini menjadi perhatian Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Andalas (Unand) yang diketuai oleh Yesi Chwenta Sari, SPt, MSi yang beranggotakan Syafri Nanda, SPt, MSi; Fatma Poni Mardiah, SE, MSM; dan Roza Yunita SP, MSi yang berinisiatif melakukan penyuluhan tentang “Edukasi Peternak Sapi Seputar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)/Foot and Mouth Disease (FMD)”.
Peternak yang mendapatkan edukasi ini adalah kelompok tani ternak Ambacang Permai, Nagari Batu Payung, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota. Kelompok ini merupakan salah satu kelompok binaan Unand dimana anggota kelompoknya memelihara ternak sapi sebagai sumber penghasilannya.
Sebagian besar peternak belum memahami tanda-tanda ternak terserang penyakit PMK. Menurut Syafri Nanda, SPt, MSi dosen yang juga anggota tim pengabdian kepada masyarakat menjelaskan gejala atau tanda ternak sapi terjangkit virus PMK di antaranya ditemukan lepuh yang berisi cairan atau luka yang terdapat pada lidah, gusi, hidung, dan teracak atau kuku hewan yang terinfeksi.
Selain itu, tanda lainnya ternak sapi tidak mampu berjalan (pincang), air liur berlebihan, ternak lemas, demam tinggi, tidak mau makan, atau masih makan tapi kesulitan mengkonsumsi pakan, serta terjadi penurunan produksi susu pada sapi perah.
Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Unand mengimbau kepada peternak yang menemukan gejala di atas agar segera melapor kepada petugas dinas peternakan, dan menyarankan agar hewan ternak yang terjangkit segera diisolasi dan tidak dibiarkan keluar kandang untuk mecegah penyebaran virus PMK yang makin meluas.
Penyebaran virus PMK harus diwaspadai karena menyebabkan kerugian di sektor peternakan dan kerugian ekonomi karena pasar ternak ditutup, penjualan ternak menurun drastis, keguguran ternak yang bunting dan kematian mendadak pada hewan ternak.
Pencegahan penyebaran virus PMK dengan cara penerapan biosekuriti, baik biosekuriti peternak, biosekuriti kendaraan untuk mengangkut ternak disemprot desifektan, biosekuriti kandang dan peralatan dan biosekuriti ternak.
Biosekuriti ternak dengan cara setiap ternak yang baru masuk ke lokasi peternakan ditempatkan di kandang karantina/isolasi selama 14 hari dan dilakukan pengamatan yang intensif adanya gejala penyakit serta melakukan vaksinasi pada hewan rentan yang sehat.
Dengan diadakannya edukasi ini diharapakan peternak tidak panik menghadapi penyakit PMK dan menambah wawasan peternak seputar virus PMK, gejala dan solusi pencegahannya. *)
Penulis adalah Dosen Fakultas Peternakan Unand